Hanoi (ANTARA News) - Pelatih Jepang, Ivica Osim, lebih mengutamakan kesehatannya dengan menolak menyaksikan timnya melakukan adu penalti untuk tampil sebagai pemenang atas Australia di perempat-final Piala Asia. Pelatih asal Bosnia itu segera menghilang setelah ditiup pluit usai perpanjangan waktu Sabtu (21/7), dan hanya diberi tahu tentang kemenangan Jepang lewat penerjemahnya. "Ketika dia memberitahu bahwa kami menang saya meloncat-loncat sehingga hampir menyundul langit-langit kamar ganti," kata pelatih berusia 61 tahun itu kepada wartawan. "Saya tidak suka penalti. Itu buruk bagi jantung saya. Saya tak ingin mati di Jepang. Jika saya meninggal, maka saya ingin hal itu terjadi di rumah saya di Sarajevo," ujarnya, seperti dikutip Reuters. Jepang menang 4-3 lewat adu penalti lawan Australia. Osim memerintahkan pemainnya bahwa mereka harus adu penalti, dan kemudian bangkit dari bangku dan mengunci diri di kamar pakaian. "Saya tak ingin membuat para pemain saya sial dengan tetap bertahan di sana menyaksikan adu penalti," kata Osim. Kiper Jepang, Yoshikatsu Kawaguchi, berhasil membendung dua tendangan penalti pertama Australia untuk memberikan peluang menang bagi pasukan Osim. "Sebelumnya, saya bermimpi menyelamatkan gawang dalam penalti. Saya tak percaya bahwa hal itu menjadi kenyataan," katanya sambil senyum. Osim yang merasa lega berkata: "Bagaimana pun saya selamat. Saya rasa para pemain telah melakukan tugas dengan fantastis. Mereka letih, tapi tetap berjuang sampai akhir." Sebelumnya, ia mencap para pemainnya "amatiran" di turnamen itu, dan Osim menolak menyalahkan mereka karena gagal menundukkan Australia setelah Vince Grella dikeluarkan dari lapangan pada menit ke-76. "Adakalanya lebih sulit bermain lawan 10 orang," katanya. "Sering hal itu memberi motivasi tambahan ketika seorang pemain dikeluarkan dari lapangan. Pertahanan mereka solid dan (Mark) Schwarzer ada dibelakang tiang gawang." Osim tidak menampik kerasnya serangan Australia. "Setelah kartu merah mereka masih punya pemain, seperti Kewell di lapangan. Jika mereka masih memiliki Thierry Henry di sana, mungkin mereka akan menghabisi kita," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007