Banjarnegara (ANTARA News) - Berbagai acara yang ditayangkan televisi nasional masih sangat memprihatikan karena mempertotonkan berbagai kekerasan dan drama percintaan pada siang dan sore hari yang tidak selayaknya disaksikan anak-anak.
"Sebaiknya tayangan tentang pembunuhan, drama percintaan atau lainnya tidak dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditiru anak-anak," kata Nur Sulistyanto, anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Kabupaten Banjarnegara, Senin.
Menurut dia, kasus pemerkosaan maupun pembunuhan yang pelakunya anak-anak dapat diindikasikan sebagai pengaruh tayangan televisi yang mereka saksikan.
Fenomena tentang perilaku anak-anak yang muncul saat ini, kata dia, salah satu faktor penyebabnya adalah tayangan televisi dan didorong oleh rasa keingintahuan mereka.
"Banyak pula tayangan televisi termasuk film anak-anak yang tidak atau belum selayaknya mereka konsumsi karena mengandung kekerasan atau hal lain yang dapat menimbulkan efek negatif," kata dia.
Terkait dengan masalah ini, ia mengatakan perlunya peran orangtua dan sekolah untuk terus mengawasi serta mengingatkan anak-anak tentang tayangan televisi.
Menurut dia, orangtua perlu membatasi waktu anak-anak menonton televisi sehingga waktu belajar dapat tercukupi.
"Di Banjarnegara dikenal istilah jam novi (nonton televisi) dan jam besi (belajar siswa), tetapi belum efektif," kata dia.
Meskipun demikian, kata dia, jam novi dan jam besi akan terus disosialisasikan sehingga dapat berjalan efektif.
Menurut dia, pihak sekolah perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak seperti pesantren kilat saat liburan sehingga anak-anak tidak tergantung dengan televisi untuk mengisi liburan mereka.
Ia berharap hak anak-anak dapat dilindungi dengan menjauhkan mereka dari tayangan yang mengandung kekerasan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007