Surabaya (ANTARA News) - Pelukis dan penulis, Amang Mawardi, membukukan kiprah tokoh budayawan Surabaya, Kadaruslan atau yang akrab dipanggil Cak Kadar, berjudul "Cak Kadar, Sebuah Refleksi Jalan Hidup" diterbitkan oleh Henk Publishing, Surabaya. Amang kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengemukakan bahwa buku bersampul merah itu tidak diniatkan untuk sebuh biografi sehingga tidak berisi potret lengkap siapa sosok sepuh yang masih energik itu. "Buku ini awalnya sekadar untuk kado ulang tahun emas perkawinan Cak Kadar tahun 2004, tapi karena terbentur dana akhirnya tertunda dan baru terealisasi sekarang ini," katanya didampingi seniman Surabaya, Sabrot D. Malioboro. Ia menjelaskan, setelah tertunda cukup lama, Cak Kadar akhirnya bertemu dengan Henky Kurniadi yang kemudian menyanggupi penerbitan buku itu. Karena itu Amang kemudian melengkapi buku yang awalnya hanya lima bab itu menjadi delapan bab. "Saya menambahi bab pendapat sejumlah orang tentang Cak Kadar, lensa perjalanan hidupnya meskipun tidak lengkap serta syiar yang berisi tulisan-tulisan Cak Kadar di jaman dulu," katanya. Ia menilai, Cak Kadar yang kini menjadi Ketua Pusura dan Ketua Yayasan Seni Surabaya adalah tokoh demokrasi pelangi. Meskipun pernah aktif di PSI, namun dalam perjalanan sejarahnya ia tidak pernah mengkotak-kotakkan dirinya. "Kata Cak Kadar, dia harus bergaul dengan banyak orang dan kalangan lebih luas, agar kaya warna. Menurut Cak Kadar, kaya warna justru membuat dia cerdas. Warna-warna itu meskipun berbeda, tapi tujuannya satu untuk kemajuan bangsa," ujarnya. Buku yang dicatak 1.000 eksemplar dan 500 diantaranya dibagi-bagikan gratis itu akan diluncurkan Jumat malam, 27 Juli 2007 di Hotel Elmi Surabaya dengan mengundang ratusan tokoh Surabaya. Sabrot yang menjadi ketua panitia peluncuran buku menuturkan, sebetulnya Cak Kadar tidak mau kisah hidupnya dibukukan. Namun ia tidak mampu menolak keinginan teman-temannya yang mengganggap bahwa kiprah tokoh budaya Surabaya itu layak didokumentasikan. "Menurut saya, kiprah beliau memang layak dibukukan. Saya sangat terkesan dengan kesederhanaan beliau dan pendekatannya yang sangat humanis pada semua orang dan golongan," katanya. Ia menjelaskan, pada peluncuran nanti, panitia sengaja tidak mengadakan diskusi atau bedah buku, melainkan hanya diramaikan oleh kegiatan seni, seperti membaca puisi. "Biarlah acara ini mengalir seperti air, tidak perlu ada diskusi," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007