Palembang (ANTARA News) - Pelatih tim nasional Jepang, Ivica Osim, menegaskan bahwa kekalahan mereka di perebutan posisi ketuga juara Piala Asia 2007 melalui adu penalti bukan karena mereka tampil lebih buruk dari lawan, tapi semata-mata hanya ketidak beruntungan. "Kami sudah menampilkan permainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang tidak lebih buruk dari Korea Selatan. Kami kalah hanya karena kami kurang beruntung," kata pelatih asal Bosnia itu setelah pertandingan yang berakhir dengan kekalahan 5-6 melalui penalti pada perebutan peringkat ketiga Piala Asia 2007 di Stadion Gelora Sriwijaya Palembang, Sabtu (28/7) malam. Dengan kekalahan tersebut, Jepang yang merupakan juara bertahan, dipastikan gagal untuk lolos secara otomatis ke putaran final Piala Asia 2011 mendatang, dan hampir pasti akan dilangsungkan di Qatar. Osim mengakui bahwa kondisi dan jadwal pertandingan yang begitu ketat membuat pemainnya kelelahan dan mereka bahkan lebih mendominasi pertandingan yang disaksikan sekitar 15.000 penonton di kompleks olahraga Jakabaring itu. "Kami datang dengan pemain yang sudah kelelahan dan dengan kondisi demikian, sungguh sangat berat untuk bisa menampilkan permainan terbaik. Tapi sekali saya katakan bahwa kekalahan kami ini lebih karena faktor keberuntungan karena kami tampil tidak lebih buruk dibanding Korea," katanya. Dengan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, Osim mengatakan bahwa ia kemudian memutuskan untuk memberikan kebebasan kepada pemain untuk mengembangkan permainan mereka. "Tapi saya tidak tahu apakah pemain benar-benar mengerti dengan strategi yang sudah saya berikan kepada mereka," katanya. Namun pelatih kelahiran 6 Mei 1941 tampak agak terusik dengan pertanyaan yang menyatakan bahwa tim yang dipimpin oleh Osim sekarang ini lebih lemah dibanding ketika Jepang tampil sebagai juara di Piala Asia 2004 di Cina. Ketika itu, Jepang secara perkasa dan dibawah tekanan penonton berhasil menaklukkan tuan rumah Cina dengan skor telak 3-1 di partai puncak. "Kalau ada yang mengatakan bahwa kondisi tim saat ini lebih buruk dibanding Piala Asia sebelumnya, saya ingin Anda memutar rekamannya untuk dibandingkan dengan penampilan Jepang sekarang ini," katanya dengan nada kesal. Verbeek Segera Mundur Sementara itu pelatih Korea Selatan Pim Verbeek menegaskan bahwa, walau timnya menang dan berhasil merebut peringkat ketiga, ia akan segera mengundurkan diri sebagai pelatih tim nasional dan meminta pihak Federasi Sepak bola Korea untuk memutuskan kontrak yang sebenarnya baru akan berakhir pada Olimpiade 2008 mendatang. "Saya ingin istirahat panjang dan belum punya rencana dalam waktu dekat. Besok saya akan kembali ke Korea sebelum pulang ke Belanda. Saya sebenarnya ingin menyaksikan final di Jakarta, tapi sayang saya harus segera kembali," katanya. "Saya sudah melewati masa-masa yang menyenangkan dan memberi banyak pengalaman selama pertandingan Piala Asia. Ini benar-benar sebuah pengalaman berharga. Tapi saya ingin mencari tantangan baru," kata Verbeek sambil menambahkan bahwa bukan hal yang mustahil bila ia kembali ke Asia jika ada tawaran yang menarik. Mengenai kemenangan Korea Selatan, Verbeek mengatakan bahwa pertandingan itu tetap sangat penting bagi timnya karena tidak hanya untuk memperebutkan posisi ketiga, tapi juga sekaligus lolos secara otomatis ke putaran final Piala Asia 2011 mendatang. "Saya sangat bangga dengan daya juang pemain yang tetap tampil gigih meski mereka sebenarnya sudah sangat kelelahan. Secara keseluruhan kami tampil cukup bagus dengan pertahanan yang lebih terorganisir. Tapi kami gagal memanfaatkan beberapa peluang untuk mencetak gol," katanya menambahkan. Anti-klimaks Pertandingan antara dua tim papan atas Asia itu sebenarnya berlangsung menjemukan dan anti-klimaks dan pemenang harus ditentukan melalui adu penalti yang akhirnya dimenangi Korea dengan skor 6-5. Pertandingan 90 menit pertama ditambah 30 perpanjangan waktu berakhir imbang 0-0. Kelelahan setelah menempuh perjalanan dari Hanoi dan Kuala Lumpur dan tidak adanya waktu untuk beradaptasi di Palembang merupakan faktor utama penyebab kedua tim papan atas Asia itu gagal memperlihatkan permainan terbaik mereka. Sekitar 15.000 penonton di Stadion Jakabaring berteriak mencemooh ketika pemain kedua tim hampir saja terlihat perkelahian massal karena banyaknya terjadi pelanggaran. Permainan penuh ganjalan keras itu terasa semakin panas dan sarat rasa permusuhan setelah Korea Selatan harus bermain dengan sepuluh pemain menyusul dikeluarkannya Kang Min soo yang sudah mendapat dua kartu kuning pada menit ke-56. Wasit pun Al Badwawi asal Uni Emirat Arab (UEA) sering menjadi sasaran kekesalan, terutama dari tim Korea Selatan karena sering mengeluarkan keputusan yang merugikan mereka dan sebelumnya sudah kesal menyusul dikeluarkannya Kang Min soo. Dengan kemenangan tersebut, Korea Selatan yang meraih peringkat ketiga Piala Asia 2007 secara otomatis lolos ke putaran final Piala Asia 2011 yang kemungkinan digelar di Qatar. Dari seluruh pertemuan, Korea masih unggul 37-12 atas Jepang. Untuk Piala Asia, terakhir kedua negara bertemu di penyisihan grup Piala Asia 1988 yang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Korea. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007