Kami membuat pengumuman di tepi jalan untuk menginformasikan bunga langka yang sedang mekar."
Bengkulu (ANTARA News) - Satu bunga bangkai atau dalam bahasa lokal disebut bunga kibut (Amorphophallus titanum sp.) siap mekar di area penangkaran milik warga Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.

"Bunga masih menguncup tapi akan mekar dalam beberapa hari ini," kata Holidin, pemilik penangkaran bunga langka di Bengkulu, Minggu.

Ia mengatakan bahwa berdasarkan hasil pengukuran terakhir tinggi bunga bangkai, yang merupakan bunga langka dilindungi, mencapai dua meter.

Area penangkaran bunga raksasa tersebut sudah mulai dibuka untuk umum tanpa memungut biaya atau karcis masuk.

"Kami tidak pernah memungut biaya masuk, karena area penangkaran ini juga untuk pelestarian bunga langka sekaligus area edukasi," ucapnya.

Namun, pengelola area penangkaran tersebut menempatkan kotak sumbangan di pintu masuk untuk pengunjung yang berniat mendukung upaya mereka melestarikan puspa endemik Pulau Sumatera tersebut.

Holidin mengatakan lokasi bunga mekar cukup mudah dijangkau sebab berada di tepi jalan linta Kota Bengkulu-Kepahiang, berjarak sekitar 53 kilometer dari Kota Bengkulu.

"Kami membuat pengumuman di tepi jalan untuk menginformasikan bunga langka yang sedang mekar," ucapnya.

Selain menangkarkan bunga bangkai jenis Amorphophallus titanum, ia mengemukakan, di lokasi tersebut juga ditangkarkan berbagai jenis bunga bangkai lainnya, seperti Amorphophallus gigas, Amorphophallus paeonifolius dan Amorphophallus variabilis.

Selain bunga bangkai, dijelaskannya, di lokasi penangkaran yang berada di samping kawasan Hutan Lindung Bukit Daun itu juga ditumbuhkan inang bunga Rafflesia arnoldii.

"Inang bunga Rafflesia arnoldii sudah kami tanam sejak 1997, tapi sampai saat ini belum berhasil menumbuhkan bunga," katanya menambahkan.

Baca juga: Dua Rafflesia bengkuluensis mekar di hutan Kaur

Baca juga: Amorphophallus titanum setinggi tiga meter mekar di Bengkulu

Baca juga: Pemuda Bengkulu petakan habitat bunga langka


 

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018