Canberra (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb, mengakui bahwa masih ada mispersepsi di kalangan publik Australia bahwa Indonesia merupakan ancaman secara militer bagi keamanan negaranya. Namun, mispersepsi yang masih dianut sebagian anggota masyarakat Australia itu merupakan tantangan yang terus dijawab KBRI, dan pengajaran bahasa serta pengenalan budaya Indonesia digunakan untuk menjembatani masalah ini, katanya di depan anggota delegasi Konsorsium Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kawasan timur Indonesia yang berkunjung ke KBRI Canberra, Selasa. Dubes Hamzah Thayeb mengatakan mispersepsi tersebut hanya ada di tingkat masyarakat, seperti halnya adanya kesalahpahaman sebagian masyarakat Indonesia tentang Australia, namun Pemerintah Australia yang mengetahui benar kekuatan militer masing-masing negara tidak menganggap Indonesia ancaman bagi mereka secara militer. Masih adanya persepsi yang keliru tentang Indonesia di kalangan publik Australia itu sebenarnya sudah pernah diungkap oleh hasil survei The Lowy Institute di Sydney tahun lalu. "Namun kita terus `meng-address` (menangani) masalah ini," katanya. Menurut hasil survei 2006 The Lowy Institute tentang pendapat responden di Australia dan Indonesia mengenai hubungan kedua bangsa dan persepsi keduanya tentang persoalan keamanan dan kebijakan luar negeri serta persoalan-persoalan internasional lainnya, publik Australia tetap memandang Indonesia sebagai ancaman keamanan bagi negaranya. Dalam survei yang berlangsung antara 19 Juni hingga 16 Juli 2006 itu, terungkap bahwa sebagian besar responden Australia itu tetap memandang Indonesia sebagai ancaman keamanan bagi negaranya, karena negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang secara geografis bertetangga langsung dengan Australia ini dipandang sebagai sumber terorisme dan negara yang masih dikontrol militer. Bagi responden Indonesia, Australia merupakan negara yang suka ikut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia dan tetap berkeinginan untuk memisahkan Provinsi Papua dari Negara Kesatuan RI. Delegasi Konsorsium PTN kawasan timur Indonesia itu berada di Australia hingga 1 Agustus. Selain ke Canberra, mereka juga akan ke Melbourne dan Newcastle. Selama di Canberra, selain diterima Hamzah Thayeb, mereka juga bertemu Dewan Universitas Australia (University Australia Board/UAB-semacam Forum Rektor-red.), Selasa sore. (*)

Copyright © ANTARA 2007