Jakarta (ANTARA News) - Bank Rakyat Indonesia (BRI) melebarkan pangsa pasar kredit konsumernya dengan membiayai kredit pemilikan apartemen (KPA) bekerjasama dengan tiga proyek apartemen dari Grup Pikko yaitu Sahid Sudirman Residence, Hampton`s Park, dan Maple Park. "Ini merupakan yang pertama untuk KPA, sebelumnya kita hanya membiayai KPR (kredit perumahan rakyat)," kata Direktur Konsumer BRI A Toni Soetirto usai acara penandatanganan kerja sama BRI dengan Pikko Group di Jakarta, Jumat. Dalam pembiayaan KPA ini BRI memberikan bunga kredit tetap 11 persen per tahun dan 11,5 persen untuk cicilan dua tahun, kata Toni Soetirto. Ia mengatakan hingga akhir 2007 BRI menargetkan kredit yang disalurkan untuk KPA dan KPR mencapai Rp4 triliun. Hingga akhir 2006, KPR BRI telah mencapai Rp1,2 triliun, dan per Juni 2006 kredit KPR tersebut telah bertambah Rp800 miliar. "Dengan adanya KPA ini maka kredit untuk perumahan dan apartemen diharapkan di waktu mendatang menambah kredit baru Rp2 triliun sehingga akhir tahun bisa tercapai Rp4 triliun," katanya. Ia menambahkan komposisi kredit yang akan disalurkan melalui KPA sekitar 40 persen dan untuk KPR sekitar 60 persen. Toni Soetirto menjelaskan, masuknya BRI ke pembiayaan KPA tersebut didorong oleh perkembangan apartemen yang semakin meningkat serta melihat potensi pasar yang terus berkembang. "Saat ini hampir semua bank juga turut membiayai KPA," katanya. Luasnya potensi pasar tersebut, menurut dia, dapat dilihat dari penjualan apartemen atau kondominium yang meningkat di kuartal II 2007 ini dibandingkan kuartal I 2007. "Penjualan kondominium pada kuartal II naik 2,85 persen dibandingkan kuartal I, sedangkan daya serap kondominium yang telah selesai dibangun stabil di level 86,08 persen," katanya. Ia menambahkan daya serap kondominium yang sedang dalam tahap pembangunan mengalami kenaikan 1,89 persen menjadi 45,08 persen dengan peminat tertinggi pada kondominium kelas C. "Ini merupakan peluang," katanya. Ia mengatakan meski harga kondominium di Indonesia pada kuartal II mengalami peningkatan sebesar 6,7 persen namun cicilan relatif stabil. "Hal ini karena peningkatan harga tersebut dikompensasi oleh semakin turunnya suku bunga kredit perbankan," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007