Pamekasan (ANTARA News) - Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Pamekasan, Jawa Timur kini mulai melakukan berbagai persiapan praproduksi film "Perempuan Berselimut Angin" dengan berbagai pihak dan artis pemeran film itu.

Film yang akan mengangkat potensi seni budaya lokal Madura bernilai religi ini diperkirakan menelan biaya Rp4 miliar dan merupakan film kedua yang digarap Parfi Pamekasan. Sebelumnya Parfi juga telah membuat film pendek "Misa Sape Kerrap".

"Film ini mempunyai kekuatan kultur sebagai daya tarik industri film nasional," kata Sutradara Film itu Don Aryadin dalam keterangan persnya kepada Antara di Pamekasan, Minggu (19/8).

Menurut Ketua Parfi Pamekasan Yoyok R Effendi, sesuai rencana, pengambilan gambar film layar lebar ini, mulai akhir September hingga Oktober 2018.

"Target kwartal pertama tahun depan, film ini sudah bisa ditayangkan di layar lebar di seluruh Indonesia," ujar Yoyok.

Fokus pengambilan gambar film "Perempuan Berselimut Angin" tersebut adalah Pantai Jumiang, sejumlah tempat bersejarah dan Pondok Pesantran di Pamekasan.

"Jadi, film yang melibatkan pemeran lokal Pamekasan dan sejumlah artis nasional ini, sebagai upaya untuk membangun nasionalisme dalam konteks budaya lokal Madura," kaya Yoyok yang juga Ketua III Dewan Kesenian Pamekasan itu.

Coach Talent Roci Marciano menyatakan, film "Perempuan Berselimut Angin" itu akan sangat menarik karena memberdayakan masyarakat Madura secara langsung sebagai pemeran.

Selama ini, film tentang Madura banyak dimainkan oleh orang-orang di luar Madura. "Dengan demikian, film ini akan lebih `berasa` apabila melibatkan secara langsung pemaran dari orang-orang Madura," kata Roci.

Direktur PT Wira Sinema Wira Lina mengapresiasi upaya Parfi Pamekasan membuat film yang berbasis kaerifan lokal.

"Film ini bisa menjadi khazanah bagi industri film nasional, sekaligus sebagai bentuk komitmen dalam upaya mengangkat budaya lokal yang ada di Madura ini," kata Wira yang juga Ketua Parfi Jatim itu.

Film "Perempuan Berselimut Angin" ini mengisahkan perjuangan wanita Madura di era kekikian yang tetap memegang teguh nilai-nilai budaya lokal, religiusitas orang Madura yang berpedoman pada prinsip "bhapa`. bhabu`, guru, rato/ bapak, ibu, guru dan raja atau pemerintah", berikut pergulatan petani garam di Pulau Madura, serta pentingnya pendidikan pesantren.

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018