Lebak (ANTARA News) - Tujuh kepala keluarga di Kabupaten Lebak meminta Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang berkunjung ke Jakarta mendatangi korban pekerja rodi Romusha untuk melihat secara fisik bekas kekejaman pasukan Jepang Tahun 1942 sampai 1945 lalu. "Saya berharap Shinzo Abe bertanggung-jawab kepada tujuh korban penyiksaan tentara Jepang saat membuka jalan kereta api Saketi-Bayah (80 Km), karena ribuan tenaga kerja romusha yang dikirim dari Jawa Tengah dan Jawa Timur mati kelaparan," kata Ahmad Poniran (83) kepada ANTARA News di kediamannya di Pulau Manuk, Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Selasa. Ia mengkisahkan kekejaman pasukan Jepang menyebabkan penderitaan rakyat Indonesia, selain dibunuh juga diperkosa sehingga hal wajar jika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyempatkan diri untuk mendatangi mereka. "Kami sebagai mantan Romusha berkeinginan dikunjungi Perdana Menteri Jepang yang saat ini berada di Indonesia untuk meminta maaf dan memberikan kompensasi jaminan hidup," katanya. Saat ini, ujar dia, mantan Romusha yang ada di Kecamatan Bayah hanya menyisakan sebanyak tujuh kepala keluarga, sebab lainnya sudah meninggal dunia akibat dimakan usia. Saat ini para korban Romusha berharap adanya kepedulian pemerintah Jepang untuk membantu kesehatan maupun ekonomi karena semuanya sudah usia uzur dan sering sakit-sakitan, kata Ahmad Poniran sambil menyebutkan pasukan Jepang termasuk kejam dan sadis selama menjajah di Tanah Air. Akibat kekejaman itu hingga kini tangan sebelah kiri sudah tidak bisa digerakan lagi sehingga hal wajar pihaknya menuntut Shinzo Abe agar memberikan dana kerugian karena selama pekerja rodi tidak mendapatkan gajih sepersen pun. Minem (80) korban Romusha mengatakan, pihak pemerintah Jepang tetap harus bertanggung-jawab terhadap pekerja rodi karena pihaknya dijadikan budak sek untuk melayani para serdadu Jepang. "Kami hanya meminta dana kerugian saja, sebab kami dibawa ke Kabupaten Lebak dipekerjakan menjadi romusha oleh tentara Jepang itu," kata Poniem bersama kakaknya Sidi (83) yang mengaku berasal dari Desa Ngasem, Kecamatan Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, yang kini mendiami rumah sederhana terbuat dari bambu di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007