Teheran (ANTARA News) - Nilai tukar (kurs) mata uang Iran, rial, mencapai rekor terendah terhadap dolar AS di pasar tidak resmi pada perdagangan Senin (3/9) di tengah memburuknya situasi ekonomi dan reimposisi sanksi-sanksi oleh Amerika Serikat.

Dolar AS ditawarkan untuk 128.000 real, menurut situs valuta asing Bonbast.com, yang melacak pasar tidak resmi. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Mata uang rial telah bergejolak selama berbulan-bulan karena ekonomi yang lemah, kesulitan keuangan di bank-bank lokal dan permintaan besar untuk dolar AS di kalangan orang Iran yang takut penarikan Washington dari perjanjian nuklir penting 2015 dan sanksi-sanksi baru AS  yang dapat memperkecil ekspor minyak Iran dan barang-barang lainnya.

Baca juga: Ketegangan perdagangan global, dongkrak penguatan dolar tertinggi

Sejumlah sanksi AS yang menargetkan industri minyak Iran akan mulai berlaku pada November.

Pekan lalu, parlemen Iran memecat menteri urusan ekonomi dan keuangan, yang terbaru dalam kelanjutan perombakan personil ekonomi utama.

Pada awal Agustus anggota parlemen Iran memilih menteri tenaga kerja dan pada Juli Presiden Hassan Rouhani menggantikan kepala bank sentral.

Protes terkait dengan situasi ekonomi yang sulit di Iran meletus Desember lalu, menyebar ke lebih dari 80 kota dan mengakibatkan 25 kematian.

Protes sporadis, yang dilalukan oleh supir truk, petani, dan pedagang di bazaar Teheran, telah berlanjut sejak itu dan kadang-kadang menghasilkan konfrontasi penuh kekerasan dengan pasukan keamanan.

Baca juga: Sanksi AS batasi ekspor Iran, picu kenaikan harga minyak

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018