Beijing (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia masih sangat hati-hati menyikapi masalah Taiwan mengingat hal itu sampai saat ini masih merupakan isu yang sangat sensitif bagi Pemerintah China. "Masih ada isu sensitif di China terkait dengan masalah Taiwan dan Indonesia sangat berhati-hati menyikapi isu itu," kata Wakil Kepala Perwakilan RI di Beijing Mohamad Oemar, di Beijing, Sabtu. Menurut dia, masalah Taiwan sampai saat ini memang masih menjadi "kerikil" bagi Pemerintah China, terkait dengan keinginan Taiwan untuk menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdiri sendiri. Sementara bagi Pemerintah China, Taiwan merupakan salah satu wilayahnya dan bukan merupakan wilayah yang terpisah dari China daratan. Pemerintah China sendiri, kata Oemar, sebenarnya sudah berupaya untuk mengambil jalan terbaik terkait agar Taiwan tidak lepas dari China, yakni dengan memberlakukan "one country, two system" seperti yang saat ini diberlakukan kepada Hongkong. "Tapi Taiwan masih belum mau menerima tawaran Pemerintah China tersebut, karena masih ada pertentangan di dalamnya yang masih menginginkan Taiwan sebagai negara merdeka," katanya. Namun dalam bidang non-politik, katanya lebih lanjut, Indonesia dengan Taiwan memiliki hubungan ekonomi yang cukup baik khususnya bidang investasi dan perdagangan. "Selama bukan menyangkut hubungan politik, Indonesia sah-sah saja melakukan hubungan dengan Taiwan," katanya. Bahkan dalam upaya untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan Taiwan, Pemerintah Indonesia sudah membuka perwakilan dagang di Taiwan yang bertugas untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara. "Jadi selama bukan masalah politik, hubungan Indonesia-Taiwan tidak ada masalah," kata Oemar. Pemerintah Indonesia sebagai negara yang berdaulat, katanya, telah memiliki prinsip untuk tidak mau terlalu didekte oleh Pemerintah China untuk tidak melakukan hubungan dengan Taiwan. "Sepanjang tidak ada `emblem-emblem` kenegaraan seperti lagu kebangsaan, kita sah-sah saja melakukan hubungan ekonomi dengan Taiwan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007