Jakarta, (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) triwulan III/2018 naik sebesar 3,88 persen (year on year/ yoy) jika dibandingkan triwulan III/2017. 

"Pertumbuhan IMK triwulan III/2018 ini lebih rendah dari pada Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS), karena kita sadari IMK ini gampang dan cepat sekali buka tutupnya," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Suharyanto di Jakarta, Kamis.

Suharyanto menyampaikan, kontribusi IMK terhadap total keseluruhan industri yakni 10,12 persen, di mana angkanya dinilai tidak terlalu besar.

Namun, IMK tetap perlu mendapat perhatian mengingat banyak rumah tangga di Indonesia menggantungkan hidupnya pada usaha berbagai sektor IMK.

Adapun kenaikan pertumbuhan produksi IMK terutama disebabkan naiknya produksi industri logam dasar sebesar 18,64 persen, yang disusul industri percetakan dan reproduksi media rekaman 17,72 persen, dan industri peralatan listrik sebesar 16,18 persen.

Sedangkan, industri yang mengalami penurunan pertumbuhan produksi terbesar adalah industri pengolahan tembakau, turun 44,78 persen.

"Hal ini disebabkan karena tembakau adalah tanaman musiman. Jika cuaca buruk saja itu bisa berpengaruh ke tanaman ini. Dan industri tembakau ini berpusat di Temanggung, Madura dan Nusa Tenggara Timur," tuturnya.

Sementara, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan III/2018 (quartal to quartal/qtoq) turun sebesar 0,35 persen terhadap triwulan II/2018. 

Adapun industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan produksi tertinggi adalah industri pengolahan tembakau, naik 32,36 persen. 

Sedangkan industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri mesin dan perlengkapan yang tidak termasuk lainnya (ytdl) turun 8,46 persen. 

"Jadi, dari indeks ini akan kita lihat dampaknya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang nanti akan kita umumkan pada Senin," pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018