Jakarta (ANTARA News) - Harga tepung terigu di dalam negeri naik bertahap sebesar 4,5 persen per bulan sampai akhir tahun 2007 menyusul kenaikan harga gandum sebesar 60 persen dan naiknya ongkos angkut hampir 100 persen. "Sejak Agustus (2007) harga tepung terigu sudah naik 4,5 persen, dan akan naik lagi pada September 4,5 persen, sampai Oktober 4,5 persen. Namun kami akan melihat pula kemampuan daya beli masyarakat," ujar Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, kenaikan harga tepung terigu tidak bisa dihindari karena harga gandum dunia naik signifikan sekitar 60 persen dari awal Januari 2007 sebesar 221 dolar AS per ton menjadi 326 dolar AS per ton. "Saat ini kami masih menerapkan harga tepung terigu berbasis harga gandum sebesar 250 dolar AS per ton, sehingga harga tepung terigu dari pabrik saat ini antara Rp3.200 sampai Rp3.500 per kilogram," katanya. Produsen, kata dia, sengaja melakukan kenaikan harga tepung terigu secara bertahap menyesuaikan dengan kenaikan harga gandum guna menekan keguncangan pasar tepung terigu di dalam negeri. "Apalagi saat ini menjelang Puasa dan Lebaran, maka kenaikan harga ditekan sesuai dengan daya beli masyarakat," kata Franciscus yang biasa dipanggil Franky. Ia memperkirakan menjelang Ramadhan dan Lebaran konsumsi tepung terigu akan meningkat mencapai 340 ribu - 350 ribu ton per bulan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang biasanya hanya sekitar 275 ribu sampai 300 ribu ton per bulan. "Semua kebutuhan tepung terigu domestik dapat dipenuhi oleh produsen di dalam negeri, karena kapasitas yang baru dimanfaatkan baru sekitar 70 persen. Jadi kalau para spekulan melakukan penimbunan, kami siap menggelontori pasar, pasokan tepung terigu lebih dari cukup," katanya. Ia mengatakan, kenaikan harga gandum yang signifikan terjadi karena perubahan cuaca yang menyebabkan sejumlah produsen gandum mengalami gagal panen, yang menyebabkan negara produsen seperti India dan Australia yang biasanya ekspor justru melakukan impor gandum. Selain itu, kata dia, pengembangan bahan bakar nabati (BBN) menyebabkan sejumlah petani di sentra produsen gandum beralih ke menanam jagung. Bahkan Australia membuat BBN dari gandum. "Akibat kenaikan harga BBM saat ini, ongkos angkut juga naik dari 45 dolar AS per ton menjadi 90-95 dolar AS per ton, sehingga kenaikan harga tepung terigu tidak bisa dihindari," katanya. Lebih jauh Franky mengkhawatirkan akan terjadi penciutan pasar tepung terigu dan produk berbasis tepung terigu seperti kue kering, biskuit, roti, mi instan, dan lain-lain, karena harga tepung terigu yang meningkat. "Kalangan industri berbasis tepung terigu harus siap menghadapi krisis, karena biaya produksi akan naik, sementara daya beli masyarakat tidak meningkat," ujarnya. Saat ini kapasitas industri tepung terigu yang menjadi anggota Aptindo mencapai 4,8 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan kapasitas produksi mencapai 70 persen atau sekitar 4,4 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan tepung terigu nasional sekitar 3,8 juta ton per tahun.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007