Cadangan terbukti dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), menerapkan metode perolehan minyak tahap lanjut (Enhanced Oil Recovery/EOR) dengan metode injeksi polymer di Tanjung Field, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

"Cadangan terbukti dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Karena itu, diperlukan teknologi yang lebih canggih. Salah satunya dengan EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60 persen, dibandingkan 20-40 persen dengan menggunakan metode perolehan primer dan sekunder," kata Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf dalam penryataan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

EOR adalah metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak.

Umumnya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksi (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder.

Beberapa teknik EOR yang banyak dikenal hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).

"Pengangkatan primer menggunakan tekanan alamiah dari reservoar, sementara pengangkatan sekunder, menggunakan cara injeksi (air atau gas) sebagai upaya mempertahankan tekanan reservoar yang turun secara alamiah," kata dia.

Nanang menambahkan pemilihan metode injeksi polymer di Tanjung Field didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan mempertimbangkan temperatur reservoar, fluida reservoar dan kondisi geologi. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan di dunia.

"Desain pilot injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200 ribu barrel dengan konsentrasi 2000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barrel per hari," ujar Nanang.

"Kita kekurangan produksi, bukan kekurangan minyak. Minyaknya ada, tapi kita butuh teknologi untuk mengangkat minyak, salah satunya dengan EOR," terang Jafee Arizon Suhardin, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).

Menurut Jaffe, dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat terutama di bidang perminyakan, diketemukan salah satu metode untuk membantu meningkatkan produksi minyak. EOR merupakan teknologi yang berhubungan dengan proses di reservoar terkait dengan pengangkatan minyak yang belum bisa terangkat dengan cara pengangkatan primer dan sekunder.

Sejak 2016, Pertamina EP telah melakukan studi laboratorium dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan polymer yang tepat dan efisien untuk digunakan di Tanjung Field.

Tanjung Field yang terletak di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, masuk dalam wilayah kerja Pertamina EP Asset 5. Selain Tanjung, empat lapangan lainnya yang dikelola Asset 5 adalah Sangasanga dan Sangatta di Kalimantan Timur serta Tarakan dan Bunyu di Kalimantan Utara.
  
Untuk realisasi hingga pertengahan Desember, produksi minyak di Tanjung Field mencapai 3.254 barel minyak per hari (BOPD) dan realisasi gas mencapai 1.098,99 MMSCFD.  Sedangkan untuk Pertamina EP Asset 5 secara keseluruhan, produksi minyak berada di kisaran 18.252 BOPD dan produksi gas di kisaran 15,81 MMSCFD.

Baca juga: IPB : "EOR" solusi atasi menipisnya cadangan minyak

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018