Sydneyl,(ANTARA News) - Pengunduran diri tiba-tiba Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis memicu kekhawatiran di kalangan sekutu AS di Asia-Pasifik.

Sekutu Amerika tersebut menyebut mantan jenderal itu berhasil membangun kepercayaan dan melunakkan hasrat keterpencilan, kata para pejabat dan pengamat pada Jumat.

Kawasan itu --yang mencakup sekutu-sekutu AS yang kuat yakni Jepang, Korea Selatan dan Australia-- memiliki beberapa titik bara api yang paling mudah berubah, dengan ketegangan tinggi di Semenanjung Korea dan militerisasi China di Laut China Selatan --yang menimbulkan gesekan.

Mattis, yang menganut aliansi tradisional Amerika, mengatakan dia mundur setelah tak sepaham dengan Presiden Donald Trump terkait kebijakan luar negeri, termasuk keputusan-keputusan mengejutkan pekan ini untuk menarik pasukan dari Suriah dan mulai merencanakan jumlah tentara di Afghanistan.

"Dia secara umum dipandang salah satu orang dewasa dalam pemerintahan Trump," kata Senator Jim Molan dari Australia kepada harian the Australian.

Dikatakannya, pengunduran diri Mattis dikarenakan hal itu memperkenalkan "variabel ekstrim baru" ke dalam pembuatan keputusan AS. Mattis telah menjadi pengeritik Laut China Selatan tapi ia bekerja untuk menjamin ketegangan-ketegangan tidak mendidih.

"Dia telah menjadi titik keberlanjutan dan penjaga gawang dalam pemerintahan yang sebagian besar mereka bergantung pada watak insting Trump, yang lebih banyak, saya pikir, berpaham isolasionis dan jelas skeptis -- mengenai komitmen-komitmen aliansi," kata Euan Graham, pengamat kebijakan luar negeri dan keamanan dan direktur eksekutif La Tobe Asia di Universitas La Trobe.

Pengunduran diri Mattis juga merampok Australia, tanpa duta besar AS sejak tahun 2016, sekutu kunci dalam pemerintahan Trump. "Australia selalu punya telinga Mattis," kata satu sumber diplomatik yang berkedudukan di AS, kepada Reuters.

Australia memiliki sekitar 800 prajurit di Timur Tengah sejak tahun 2014, sebagian besar berkedudukan di Irak, sebagai bagian dari usaha koalisi memerangi kelompok ISIS. Sekitar 300 prajurit berada di Afghanistan, tempat mereka hadir di sana sejak tak lama setelah perang mulai 17 tahun lalu.

Trump mengumumkan pada Rabu bahwa pasukan AS di Suriah akan ditarik, sebuah keputusan yang melanggar kebijakan AS di kawasan itu.

Seorang pejabat AS mengatakan pada Kamis, Trump berencana menarik sedikitnya 5.000 dari 14.000 prajurit AS di Afghanistan. Mattis telah mendorong kehadiran militer AS yang kuat untuk meningkatkan usaha-usaha perdamaian di sana.

Redaktu: Mohammad Anthoni
 

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018