Yangon (ANTARA News) - Penguasa Myanmar hari Kamis membebaskan karyawati lokal pada kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa setempat, dua anggota keluarganya dan pegemudinya, sehari sesudah mereka ditahan dalam penggerebekan setelah unjukrasa besar, kata kepala PBB negara itu. "Anggota kami dan keluarganya dibebaskan sore ini," kata kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa setempat Charles Petrie kepada kantor berita Prancis AFP sesudah keempatnya dibebaskan di Yangon, tempat unjukrasa besar pendukung demokrasi terjadi pekan lalu. Myint Ngwe Mon (38 tahun), yang bekerja pada Kegiatan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, suaminya, ipar laki-laki dan pegemudinya dibebaskan sekitar pukul 17.00 (17.30 WIB), sesudah ditahan Rabu pagi. Sopirnya, Tin Win, ditangkap kemudian pada hari itu di kediamannya, kata pejabat, yang tidak bersedia namanya ditulis. Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta pertimbangan duta badan dunia itu di Myanmar, yang menyatakan ia sakit dan dalam perawatan. Satu surat serupa dikirim ke pejabat pemerintah Myanmar oleh Charles Petrie, pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan koordinator kemanusiaan di Yangon. Jurubicara Kegiatan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan lembaga itu "cemas", tapi tidak akan memberikan rincian, karena keadaan rawan. Pasukan keamanan terus menggeledah dan menahan, pada umumnya malam hari, sesudah penumpasan pekan lalu atas unjukrasa damai, yang menewaskan sedikit-dikitnya 13 orang dan lebih dari 1.000 biksu serta pegiat ditahan. Penangkapan dinihari atas petugas PBB dan tiga orang lain itu terjadi hanya sehari sesudah duta khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Ibrahim Gambari meninggalkan Myanmar, mengahiri tugas empat hari untuk menghentikan penumpasan tersebut. Pembebasan itu terjadi saat Gambari akan melaporkan kepada pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon tentang perjalanannya, menemui pemimpin penguasa Myanmar Jenderal Besar Than Shwe dan pemimpin demokrasi tertawan Aung San Suu Kyi. Tindakan keras terus dilakukan, kendati banyak yang mengharapkan kemajuan dari Gambari, yang mengunjungi Myanmar untuk membujuk pemimpin penguasa Than Shwe melonggarkan cengkeramannya atas Myanmar untuk membuka perundingan dengan pemimpin lawan tertahan Aung San Suu Kyi, yang dua kali dikunjungi Gambari. Gambari, yang sudah pulang ke New York, menurut rencana memberi penjelasan kepada ketua Majelis Umum Perserikatan Bansga-Bangsa Sergian Kerim dan anggota Dewan Keamanan badan dunia itu setelah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon. Sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan pemerintah meminta dia kembali ke Myanmar awal Nopember. Setidak-tidaknya, delapan truk penuh tahanan meninggalkan Yangon tengah hari Rabu. Di sebuah rumah dekat pagoda Shwedagon, tempat paling suci di negeri itu dan tempat awal unjukrasa, hanya ada seorang gadis berusia 13 tahun. Orangtuanya ditangkap, katanya. Unjukrasa itu, tantangan terbesar terhadap penguasa sejak tentara menewaskan 3.000 orang sewaktu menggilas perlawanan pada 1988, dimulai dengan pawai kecil menentang kenaikan harga bahan bakar pada Agustus dan membengkak setelah tentara melepaskan tembakan di atas kepala para biksu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007