Jakarta (ANTARA News) - Animo Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendirikan madrasah bertaraf internasional cukup tinggi, berbagai proposal yang disampaikan kepada Departemen Agama (Depag) cukup banyak dan setelah dilakukan penilaian ternyata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jauh lebih siap dibanding daerah lainnya. Sudah ada proposal yang masuk, dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Kaltim dan beberapa daerah lainnya. Termasuk DIY, yang nyatanya jauh lebih siap. Sri Sultan Hamengkubowono X sudah menyiapkan lahan 11 hektare. Depag akan segera merealisirnya pada anggaran 2008, kata Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Suparta, di Jakarta, Rabu. Mengenai pembiayaannya, menurut Suparta, akan ditanggung bersama antara Pemprov DIY dan Depag. Komposisinya 50 berbanding 50 persen, sedangkan siswanaya diharapkan berasal dari daerah setempat. Mengenai madrasah bertaraf internasional ini, Suparta menjelaskan, Indonesia pada awalnya memiliki dua madrasah bertaraf internasional: di Serpong dan Gorontalo. Lembaga pendidikan Islam di kedua daerah tersebut awalnya berdiri atas inisiatif BJ Habibie saat menjabat Menristek, termasuk pembiayaannya ditanggung. Sedangkan santrinya kebanyakan berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Utamanya dari kalangan ekonomi lemah namun punya kecerdasan tinggi. Setelah beberapa tahun berjalan, pembiayaannya tersendat. Depdikbud, saat itu, yang dimintai bantuannya pun tak punya dana. Demikian pula pemerintah daerah setempat. Akhirnya Depag mengambil inisiatif, seluruh pembiayaan ditanggung. Menurut Suparta, setiap tahunnya Depag mengalokasikan dana untuk Madrasah Cendikia Internasional di Serpong, Tangerang, Banten, sebesar Rp6,5 miliar. Sedangkan untuk Madrasah Cendikia Internasional Gorontalo sekitar Rp5,5 miliar. Sekarang ini masalah tanggung jawab, termasuk pendanaannya, ditanggung Depag. Kewenangan Pemda tak ada lagi terhadap Madrasah Cendikia Internasional di kedua daerah tersebut. Pemprov sekarang ini akan didorong untuk mendirikan Madrasah bertaraf internasional dengan pendanaan berimbang, 50 : 50 persen. Ternyata animonya cukup tinggi. Ia berharap setelah DIY berdiri, Riau dan Kaltim akan menyusul luas lahan lebih luas lagi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007