Timika (ANTARA News) - Aparat TNI di Kabupaten Mimika siap membantu kepolisian dalam menangani perang suku antara masyarakat Kampung Banti dan Kimbeli di Distrik Tembagapura yang terjadi sejak pekan lalu. "Pada prinsipnya TNI siap membantu kepolisian, kapan pun diminta kami siap mengirim anggota untuk mengatasi konflik antar masyarakat di Tembagapura," kata Komandan Distrik Militer 1710 Mimika, Letkol Inf Tri Soeseno kepada wartawan di Timika, Senin. Menurut Tri, jajarannya sudah menyiagakan empat Satuan Setingkat Kompi (SSK) dengan jumlah 400 personil prajurit TNI untuk memback-up kepolisian dalam mengamankan konflik perang suku di Tembagapura yang telah menewaskan enam warga sejak Senin pekan lalu. Personil yang disiagakan itu, katanya, terdiri dari dua SSK anggota Batalyon Infantri 754 Eme Neme Kangase, satu SSK anggota Kodim 1710 Mimika dan satu SSK anggota Detazemen Kaveleri. Sejauh ini pengamanan dilakukan puluhan hingga ratusan anggota kepolisian dari Polres Mimika yang dibantu aparat Brigade Mobil (Brimob). Kendati demikian, perang suku antara warga Kampung Banti melawan warga Kampung Kimbeli yang hanya dibatasi oleh Kali Kabur itu masih terus berlangsung. Informasi yang dihimpun ANTARA di Timika dari sejumlah sumber menyebutkan, pada Senin kembali terjadi perang sejak pukul 08.30-12.00 WIT yang mengakibatkan 6 warga terluka terkena panah dan peluru senapan angin. Enam warga yang terluka itu hingga kini belum diketahui identitasnya secara jelas. Penjabat Bupati Mimika Atanasius Allo Rafra SH bersama Kapolres Mimika AKBP GC Mansnembra serta para tokoh agama Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII) wilayah Pegunungan Tengah Papua dilaporkan terus melakukan pendekatan kepada masyarakat Banti dan Kimbeli untuk segera mengakhiri perang. Sebelumnya, pada Sabtu akhir pekan lalu terdapat dua warga Kampung Banti atas nama Yosep Yatipai dan Martinus Yatipai yang meninggal dunia akibat tertembus panah di sekujur tubuh mereka. Jenazah kedua korban dilaporkan telah dibakar oleh warganya (sesuai tradisi masyarakat di wilayah Pegunungan Tengah Papua, korban yang meninggal akibat perang jenazahnya langsung dibakar). Pada hari yang sama sekitar pukul 14.00 WIT, sebanyak 30 anggota polisi dan petugas medis yang bertugas di RS Waa Banti terpaksa dievakuasi dari Kampung Banti dengan menggunakan mobil lantaran terjebak dalam situasi perang suku dan tidak bisa kembali ke Tembagapura.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007