Kami ingin agar ilmu yang mereka dapat bisa diterapkan sehingga akan menjadi awal kebangkitan usaha para santri di Ponpes
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian membina dan memberikan pelatihan tentang kewirausahaan kepada 4.720 santri melalui program strategis yang dinamakan Santripreneur yang bertujuan untuk semakin menumbuhkan wirausaha industri baru khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).

“Program Santripreneur merupakan salah satu wujud konkret dari upaya pemerintah saat ini dalam menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan para santri di pondok pesantren (ponpes),” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.

Gati menyebutkan, sepanjang 2018, program Santripreneur menjangkau 16 ponpes dan membina sebanyak 3.220 santri.

Ke-16 ponpes itu meliputi tujuh ponpes di wilayah Jawa Barat, lima ponpes di Jawa Timur, tiga ponpes di Jawa Tengah, dan satu ponpes di Yogyakarta.

“Awal tahun ini, kami sudah membina dan melatih 1.500 santri,” ujarnya.

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin terus memfasilitasi melalui bimbingan teknis serta pemberian bantuan alat dan mesin untuk bekal para santi belajar kemandirian sebelum terjun ke masyarakat.

Adapun program pembinaan dan pelatihannya, antara lain mengenai industri daur ulang sampah, konveksi busana muslim, makanan dan minuman olahan, kerajinan, perbengkelan, pupuk organik cair, dan pendampingan sertifikasi SNI garam beryodium. Kegiatan tersebut dirancang karena sudah ada komunitas dan keahlian yang cukup di sejumlah ponpes.

Misalnya, pada 16-19 Maret 2019, dilaksanakan bimtek produksi roti di Pondok Pesantren Ilmu Alquran (PPIQ), Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti sebanyak 20 santri.

“Kami lihat, dalam waktu empat hari, para peserta sudah dapat menguasai ilmu yang diberikan oleh para instruktur. Untuk itu, kami ingin agar ilmu yang mereka dapat bisa diterapkan sehingga akan menjadi awal kebangkitan usaha para santri di Ponpes ini,” papar Gati.

Pada kesempatan itu, juga diberikan fasilitas mesin dan peralatan produksi roti kepada PPIQ.Adapun bantuan mesin yang diberikan berupa  planetary mixer, spiral mixer, oven, rak bakery pan, mesin potong roti, lemari pendingin, meja stainless steel, deep fryer, timbangan digital, serta tabung gas berikut selang dan regulatornya.

“Pada 15 Maret 2019, saat memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman (PPNI), Parung, Kabupaten Bogor, saya melihat sekitar 1000 mahasantri yang hadir sangat antusias,” tutur Gati.

Selain itu, Ditjen IKMA Kemenperin juga menggelar bimbingan teknis produksi alas kaki selama lima hari, pada 18-22 Maret 2019 di PPNI dengan diikuti sebanyak 30 santri.

Adapun bantuan mesin dan peralatan yang diberikan, meliputi mesin hidrolik plane cutting, mesin rol lem, mesin bor, mesin pasang tali japit, mesin roll press, meja quality control, meja sablon, pisau cutting, panel, dan kabel.

“Bantuan ini diharapkan bisa dipergunakan untuk meningkatkan produktivitas para santri dalam pembuatan produk alas kaki sandal,” ujar Gati.

Baca juga: Menperin ajak santri milenial berwirausaha sektor digital
Baca juga: Kemenperin yakin pesantren mampu cetak "santripreneur" modern

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019