Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kedutaan Besar RI (KBRI) Kuala Lumpur pro aktif berdialog dengan pers Malaysia dibantu Malaysian Press Institute (MPI) dan kantor berita Bernama membahas dan saling mengeluarkan "uneg-uneg" yang telah menimbulkan perang media massa antara Indonesia dan Malaysia belakangan ini. "Pertemuan dan dialog ini bertujuan untuk saling memahami antara pemerintah Indonesia dan pers Malaysia di mana akhir-akhir ini hubungannya memanas. Oleh karena itu, pertemuan awal dan akan terus berlanjut bertujuan untuk meningkatkan hubungan baik Indonesia-Malaysia pada masa datang," kata Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Tatang B Razak di Kuala Lumpur, Jum`at. Beberapa pemimpin media massa Malaysia tampak hadir diantaranya Pemimpin Umum Bernama Azman Ujang, Pemred Berita Harian Zainuddin Ayip, Pemred harian Metro Mostapha Omar, Senior Editor The Star Lim Chye Khim, & Pemred The Sun Zainon Ahmad. Hampir seluruh media massa hadir, baik yang berbahasa Melayu, Cina dan India, dalam pertemuan itu. "Ini pertemuan pertama kali, pertemuan berikutnya akan dilakukan dengan pola pertandingan olah raga atau hiburan sehingga tidak formal dan resmi," janji Tatang. Dalam pertemuan itu, Tatang menunjukkan kliping berita pers Malaysia yang membuat citra WNI negatif, misalkan "25.000 Pekerja Indonesia Bawa Penyakit Setiap Tahun", "Pekerja Asing Biadab", "Orang Indon Mengganas". Akibat pemberitaan itu telah menciptakan opini negatif di kalangan masyarakat Malaysia terhadap orang Indonesia. "Ini kasus nyata, seorang istri menteri naik pesawat di business class. Di sebelahnya duduk wanita Malaysia. Ibu itu kemudian bertanya, ibu dari mana. Istri menteri menjawab dari Indonesia. Langsung wanita Malaysia mengatakan, `Baik betul majikan mu membelikan tiket business class," ungkap Tatang, yang membuat peserta dialog tersenyum. Begitu pula dengan kasus pemukulan ketua wasit delegasi karateka Indonesia Donald Kolopita oleh oknum polisi, penahanan istri atase pendidikan, perusakan rumah ketua PPI UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia) oleh Rela yang menunjukan betapa negatifnya opini masyarakat Malaysia terhadap Indonesia. Tatang mengemukakan pula banyaknya kasus yang terjadi kepada TKI dan para mahasiswa Indonesia. "Tolong diingat, turis asing yang datang ke Malaysia sekitar 2 juta atau 10 persen adalah orang Indonesia, sebagian besar mahasiswa asing atau sekitar 35 persen yang belajar di Malaysia itu adalah warga Indonesia," katanya. Para pemimpin pers Malaysia menegaskan, tidak ada upaya menjelekan orang Indonesia dalam pemberitaan pers Malaysia. Tapi karena Indonesia menjadi negara paling banyak memiliki pekerja asing di Malaysia akibat seringnya pemberitaan mengenai orang Indonesia. "Kalau ada kriminal dilakukan orang Indonesia, Cina, Vietnam atau Filipina kami selalu beritakan. Tidak ada agenda menjelekan orang Indonesia," ujar Senior Editor The Star Lim Chye Khim. Dialog berlangsung dengan suasana yang dinamis. Kadang-kadang perdebatan terjadi dengan nada tinggi, tapi banyak juga yang memberikan pernyataan yang mengundang gelak tawa. KBRI Kuala Lumpur dan Press Malaysia sepakat untuk meningkatkan dialog dan pertemuan untuk saling memahami, mencegah perang media massa antara Indonesia-Malaysia, dan berupaya terus meningkatkan hubungan erat kedua negara serumpun ini. "Pertemuan berikutnya bagaimana sambil karaoke dan dangdutan," usul Pemred Harian Metro Mostapha Omar yang langsung disambut baik semua peserta. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007