Jayapura (ANTARA News) - Buah merah yang banyak tumbuh di dataran tinggi Papua tidak memiliki efek yang dapat mematikan virus HIV dalam tubuh seseorang, demikian pernyataan resmi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dr Nafsiah Mboi SpA. "Dari hasil penelitian, buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna merah mengandung anti oksidan yang berperan meningkatkan daya tahan tubuh. Meskipun begitu, buah merah tidak bisa membunuh virus HIV," tegas Nafsiah di Jayapura, Jumat. Nafsiah mengungkapkan, informasi di kalangan masyarakat Papua yang menyebutkan buah merah dapat mengobati virus HIV dan penyakit AIDS merupakan informasi yang menyesatkan, bahkan dinilai sebagai bentuk pembohongan terhadap publik. Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, tetap dianjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan berpola hidup teratur agar daya tahan tubuhnya tidak menurun. Selain itu, yang bersangkutan harus rutin mengkonsumsi obat Anti Retro Viral (ARV) untuk menghambat laju pertumbuhan kuman HIV dalam tubuhnya. Terkait dengan peningkatan kasus HIV/AIDS di Papua yang sangat signifikan dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, Nafsiah mengatakan masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelamatkan Papua dari ancaman kepunahan. Nafsiah memaparkan data KPA Nasional tentang kelompok yang paling beresiko tinggi tertular HIV/AIDS yakni pengguna narkoba suntik, Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya, kaum homoseksual, serta warga binaan Lembaga Pemasyarakatan. Khusus di Papua, katanya, pengguna narkoba suntik prosentasenya sangat minim yang hanya terdapat di Kota Jayapura dan Sorong. Demikian pun dengan kelompok PSK di Papua jumlahnya tidak signifikan. Kelompok ini bisa diberi pembinaan untuk menggunakan kondom saat melakukan transaksi seks dengan pelanggannya. "Sebetulnya kita bisa mengatasi kasus HIV/AIDS di Papua. Kuncinya terletak pada kita semua, kita tidak boleh hipokrit, munafik dan memfitnah orang lain. Kita semua baik orang Papua maupun pendatang sama-sama bertanggung jawab untuk menyelamatkan Papua," kata Nafsiah.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007