Kuala Lumpur (ANTARA News) - Menristek Kusmayanto Kadiman menawarkan Malaysia untuk membangun jaringan listrik dari Semenanjung Malaysia ke Sumatera, Jawa, Kalimantan dan East Borneo (Sabah dan Sarawak) dengan memanfaatkan batubara dan energi panas bumi di Indonesia. "Untuk membangun jaringan listrik dari Semenanjung Malaysia ke Timur Borneo tidak bisa dilakukan karena membelah laut yang dalam, jauh dan lautnya wilayah Indonesia. Kenapa kita sama-sama bangun jaringan listrik dari Semenanjung, Sumatera, Jawa, Sumatera, kemudian ke Kalimantan dan Sabah serta Sarawak," kata Kusmayanto, di Kuala Lumpur, Kamis. Dalam Industry Dialog yang diselenggarakan oleh Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia di Putra World Trade Center (PWTC), Menristek mengatakan, Indonesia memiliki eneri panas bumi yang banyak, dan baru sedikit yang dimanfaatkan. "Indonesia punya potensi panas bumi sama dengan 27.000 mega watt, dan yang baru dieksploitasi 700 mega watt," katanya. Sementara Malaysia memiliki ekonomi yang bagus. Uang banyak. "Malaysia bisa impor gas, minyak bumi dan batubara tapi ketika ingin membuat jaringan listrik yang terintegrasi dengan Sabah dan Sarawak maka timbul masalah karena pembangunan jaringan listrik melalui laut akan lewat laut Indonesia dan lautnya sangat dalam. Kenapa kita tidak kerjasama," katanya. Menurut dia, di Kalimantan banyak batubara yang murah. "Kita bakar batubara ditambah gunakan panas bumi untuk bangun energi listrik kemudian kita bangun jaringan listrik dari Kalimantan ke Jawa, Sumatera kemudian ke Semenanjung Malaysia. Kalo perlu kita bangun jaringan listrik se ASEAN yang terintegerasi. Kita manfaatkan sumber daya alam bersama demi kemajuan dan kemakmuran bersama. Kenapa tidak," tantang Kusmayanto. Ia menambahkan, masalah ini sudah lebih maju karena PT (Persero) PLN dan Tenaga Nasional Bhd sedang membahas rencana pembangunan jaringan listrik Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Sedangkan membangun energi nuklir bisa menimbulkan biaya politik yang mahal dan juga resiko yang tinggi," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007