Manila (ANTARA News) - Pemerintah Filipina, Kamis, memberlakukan jam malam sejak tengah malam hingga fajar, setelah pengepungan tujuh jam atas hotel mewah di kawasan niaga oleh tentara pembelot yang menyeru penggulingan Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Polisi juga menangkap lebih dari 40 wartawan dan awak media, baik asing dan setempat, sesudah ketegangan di Hotel Peninsula, kawasan Makati, Manila. Menteri Dalam Negeri Ronaldo Puno mengumumkan jam malam itu sesaat sesudah polisi menangkap tentara pembangkang itu dan pendukung sipil mereka, yang menguasai hotel tersebut. Ia menyatakan jam malam itu akan berlaku dari pukul 12.00 tengah malam sampai pukul 05.00 di Manila dan propinsi sekitarnya. "Kami membuat pos pemeriksaan di daerah rawan kota besar Manila dan wilayah sekitarnya untuk dapat segera mengetahui kemungkinan dan kami berharap jam malam ini bisa dibatasi hanya satu hari," katanya. Menteri Pertahanan Gilbert Teodoro menyatakan semua orang di jalan selama jam malam itu harus menerangkan mengapa mereka melanggar perintah tersebut. "Siapa pun di jalan tanpa alasan sah akan diselidiki," katanya. Puno juga membenarkan penahanan wartawan dan awak media, yang menolak meninggalkan Peninsula Manila sebelum tentara pemerintah menyerang hotel itu untuk mengahiri ketegangan tersebut. Beberapa wartawan di antaranya ditahan memakai borgol plastik sebelum dibawa dengan bus ke markas polisi di Manila untuk diperiksa. "Bila ada gerakan tentara dan mereka berada di antara pasukan dan buruan kami, mereka menghalangi keadilan," kata Puno, saat ditanya tentang penahanan wartawan itu. "Kami mengetahui, dalam banyak perkara, itu bukan maksud mereka," tambah dia, "Kami akan sangat layak dalam memperlakukan perkara mereka." Tentara Pilipina menyerbu hotel itu dengan melemparkan gas airmata secara mendadak untuk memaksa keluar sekumpulan kecil tentara pemberontak tersebut. Gerombolan tersebut kepada wartawan, yang juga berada di hotel itu, mengatakan akan menyerah secara damai setelah gas airmata menipis. Penyerahan diri tersebut dlakukan setelah terjadi bentrok dramatis dan disiarkan langsung ke seluruh dunia. "Kami akan keluar demi keselamatan semua orang," kata Senator Antonio Trillanes, salah seorang pemimpin pemberontak, yang beberapa jam sebelumnya menduduki hotel itu. "Kami tidak akan bisa hidup dengan hati nurani jika di ada antara Anda tertembak atau tewas dalam bakutembak," katanya beberapa saat setelah kendaraan lapis baja mendobrak masuk ke gedung itu bersama pasukan khusus. Terjadi bakutembak sengit dan 20 menit kemudian, Trillanes menyatakan pemberontak akan menyerahkan diri dan ia siap menghadapi akibat perbuatannya. Pemberontakan sesaat itu tampak dirancang Trillanes dan Brigadir Jenderal Danilo Lim, yang memimpin sekelompok tentara mengambilalih hotel tersebut setelah mengalahkan satuan pengamanan. Saat mereka membacakan tuntutan, laman diluncurkan dengan isi pernyataan kedua orang itu serta serangkaian keluhan terhadap Presiden Arroyo. Mereka minta Arroyo mundur dan minta tentara menentang presiden. Selama ini, setidak-tidaknya terjadi tujuh percobaan kudeta di Pilipina sejak 1986 dan angkatan bersenjata tetap berperan penting dalam kehidupan politik di negara itu. Pemberontak menduduki hotel itu pada Kamis setelah keluar dari pengadilan Manila, yang menyidangkan percobaan kudeta pada tahun 2003, demikian laporan AFP dan DPA. (*)

Copyright © ANTARA 2007