Paris (ANTARA News) - Hubungan kerjasama Indonesia dan Perancis saat ini merambah berbagai bidang, setelah sempat mengalami penurunan kualitas hubungan akibat krisis ekonomi berkepanjangan dan citra buruk media tentang Indonesia. Namun, seperti kata beberapa pakar dalam diskusi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Perancis di KBRI Perancis, Sabtu (5/1), hubungan itu akan berangsur-angsur kembali terjalin harmonis. Diskusi itu antara lain menampilkan pembicara Direktur Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Kajian Asia Tenggara (CNRS) Prof Francois Raillon dan ahli tata ruang kota metropolitan Departemen Pekerjaan Umum Eko Budi Kurniawan. Dalam diskusi yang dibuka Duta Besar Indonesia untuk Perancis dan Andorra, Arizal Effendi itu dibahas beberapa bidang strategis, seperti perdagangan, politik, pertahanan, dan pendidikan. Di bidang perdagangan, seperti dituturkan Arizal, investasi Perancis ke Indonesia menurun setelah krisis ekonomi yang menimpa Asia, kegiatan perdagangan cenderung statis walaupun dari segi kerjasama Indonesia Perancis dalam bidang politik dan pertahanan serta keamanan menunjukkan indikasi positif. Sementara di bidang politik dan hubungan luar negeri, Francois Raillon yang juga guru besar di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (EHESS) menjelaskan bahwa Indonesia tidak cukup dikenal oleh masyarakat Perancis secara umum. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Keadaan itu justru diperparah dengan adanya gambaran yang salah dan buruk mengenai Indonesia dari berbagai media, baik nasional maupun internasional. Indonesia mulai dikenal kembali secara akrab di Perancis sejak Tsunami Desember 2004 melanda Aceh dan Sumatra bagian utara dan barat. Masa Keemasan Francois Raillon yang meneliti Indonesia sejak tahun 1970-an itu juga memaparkan kerjasama Indonesia-Perancis mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Soeharto di era tahun 1980-an. Saat itu hampir sekitar 750 hingga 1.000 orang mahasiswa Indonesia belajar di Perancis. Sebagian besar di antara mereka adalah para pemegang beasiswa Pemerintah Perancis. Namun, seiring tumbangnya Soeharto, jumlah mahasiswa dan kerjasama Indonesia Perancis menurun tajam. Hal serupa juga disampaikan Arizal Effendi. Francois Raillon optimis bahwa kerjasama Indonesia Perancis dapat menemui jaman keemasannya kembali, terlihat dari dialog yang intensif dan bersahabat antar dua kepala negara (Nicolas Sarkozy dan Soesilo Bambang Yoedhoyono) di forum-forum internasional, serta peran aktif KBRI Paris untuk melakukan diplomasi menyeluruh dan menghidupkan (kembali) kerjasama antar warga negara. Sementara itu, pakar tata ruang Eko Budi Kurniawan mengatakan, kerjasama Indonesia Perancis di bidang PU dimulai sejak lama dan mencapai puncaknya pada 1980-1990, khususnya saat Departemen PU di bawah kepemimpinan Radinal Mochtar. Hal itu terlihat dari pemberian beasiswa dari pemerintah Indonesia dan Perancis kepada ratusan pegawai PU setiap tahunnya untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Pekerjaan Umum Nasional. di Lyon, Perancis. Staf ahli PU yang sedang menyelesaikan studi doktoral di Universitas Paris X-Nanterre itu menyatakan ada empat bentuk kerjasama di bidang PU, yaitu dalam bidang pelatihan dan pendidikan. bidang konstruksi atau pembangunan, bidang manajemen, dan kerjasama dalam hal sumber dana. Kerjasama Indonesia-Perancis di bidang PU merupakan kerjasama antara negara berkembang dengan negara maju. Indonesia mendapatkan keuntungan berupa kepemilikan sumber dana, transfer pengetahuan, pengelolaan PU secara lebih baik, lebih efektifnya pengelolaan infrastruktur serta resiko rendah dari pembangunan infrastruktur. Sedangkan Perancis setidaknya mendapatkan keuntungan berupa peningkatan bisnis di bidang swasta yang berkaitan dengan kontrak pembangunan infrastruktur (pekerjaan baru, pendapatan pemerintah Perancis melalui pajak, dan sebagainya.), serta keuntungan dari bunga dana pinjaman kepada Pemerintah Indonesia. Pakar zaman pra-sejarah (paleontologi) Perancis Prof Anne Marie Semah menjelaskan bahwa kerjasama Indonesia-Perancis di bidangnya saat ini sudah memasuki generasi ketiga. Kerjasama dalam bidang ini meliputi kerjasama antar universitas, pertukaran pelajar, peneliti dan pengajar, kerjasama antar laboratorium dan museum serta pameran hasil-hasil temuan dan penelitian secara bersama.

Pewarta: Oleh Sheika Rauf
Copyright © ANTARA 2008