Jakarta (ANTARA News) - Warga Jakarta sudah dua pekan terakhir ini berburu minyak tanah yang semakin sulit ditemukan dan harganya pun melambung mencapai Rp6 ribu/liter. Harga normal dari pedagang keliling kepada konsumen biasanya antara Rp3.500/liter sampai Rp4 ribu/liter. Pedagang gorengan keliling, Ny Maryatun (45), di Jakarta, Senin, mengatakan ia terpaksa harus mencari minyak tanah sampai ke Pasar Petojo Enclek setiap dinihari, sembari berbelanja bahan baku untuk barang jualannya itu. "Sudah dua minggu ini, tidak ada pedagang minyak tanah keliling di rumah saya di kawasan Kober, Kebon Jahe," katanya. Ia menyebutkan setiap berbelanja ke Pasar Petojo Enclek pada dinihari, sekaligus membawa jerigen untuk membawa minyak tanah. Untuk sementara, kata dia, dirinya hanya membeli dua liter minyak tanah padahal biasanya membeli tiga liter. "Biasanya suka ada pedagang keliling di dekat Pasar Petojo Enclek, tapi harganya bisa mencapai Rp6 ribu/liter," ujarnya. Seiring dengan kian mahalnya harga minyak tanah, dirinya terpaksa menaikkan harga barang jualannya, seperti pisang goreng atau bakwan yang biasanya dijual Rp500/buah, kini untuk sementara dinaikkan menjadi Rp700/buah. "Kenaikan harga barang jualan itu, tentunya mempengaruhi pembeli. Sampai sekarang saja (siang hari) masih banyak barang jualan yang tersisa," katanya. Hal senada dikatakan oleh pedagang mie ayam di Petamburan III, Jakpus, Didi (45), dirinya saat ini benar-benar kebingungan untuk mendapatkan minyak tanah. "Masa, untuk mendapatkan minyak tanah harus menunggu dua hari, ini benar-benar keterlaluan," katanya. Ia menyesalkan sikap pemerintah yang tidak peduli pada rakyat kecil, karena keberadaan minyak tanah sudah langka di kawasan permukiman yang ditambah dengan harganya mencapai Rp6 ribu/liter. "Benar-benar aneh, harga bensin bisa lebih murah ketimbang minyak tanah. Padahal minyak tanah digunakan oleh orang miskin," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008