Jakarta (ANTARA News) - Bank BUMN, PT Bank BNI Tbk, menjalin kerjasama dengan Islamic Corporation for the Development of Private Sector (ICD) untuk mendirikan bank umum syariah di Indonesia. "Kita sudah komunikasi dengan ICD, kalau bisa (mendirikan bank umum syariah) `as soon as possible` (secepatnya)," kata Direktur Syariah BNI Bie Subiantoro di Jakarta, sebelum meninggalkan seminar tentang perbankan syariah di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah Jakarta, Senin. Ia mengatakan, pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan anak perusahaan Islamic Development Bank (IDB) tersebut pada Ramadhan tahun 2007 di Jeddah. "Nanti pada Islamic Syariah Festival kita akan menandatangani MOU yang lebih rinci (tentang pendirian bank syariah tersebut)," katanya. Hal ini menurut dia seiring dengan keinginan pihak ICD untuk melakukan kunjungan selama seminggu di Indonesia untuk melihat perkembangan bisnis syariah di Indonesia. Ia menambahkan hingga saat ini masih terdapat dua pilihan dalam membentuk bank umum syariah tersebut. Pertama melalui akuisisi bank lokal yang kemudian dialihkan menjadi bank syariah. Kedua langsung mendirikan bank umum syariah. "Kalau akuisisi modalnya sekitar Rp100 miliar kita siap. Untuk mendirikan bank baru maka modalnya harus minimal Rp1 triliun sesuai ketentuan Bank Indonesia," katanya. Untuk urusan modal, menurut dia, pihak ICD memiliki modal yang besar, sehingga bila nanti memilih untuk membuat bank baru hal itu tidak begitu bermasalah. Selain itu, ia mengatakan ICD juga tertarik untuk membiayai sejumlah proyek infrastruktur seperti jalan tol dan pembangkit listrik (power plan). "Dalam presentasi kita ke ICD mereka tertarik untuk membiayai jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becak-Kayu)," katanya. Ia menambahkan bisa saja nantinya ICD masuk dalam sindikasi tersebut melalui BNI, namun demikian akan melihat berapa jatah dana sindikasi yang dimiliki BNI. "Bank-Bank lainnya kan juga berminat," katanya. Ia juga menambahkan ICD tertarik untuk membiayai berbagai proyek di Indonesia tidak hanya dengan BNI. "Kita nanti akan memfasilitasi mereka untuk berkunjung ke sini, bisa saja mereka akan melakukan pembiyaan melalui lembagal-lembaga atau perusahaan lain," katanya. Dalam kunjungan tersebut, pihaknya akan membawa ICD untuk menemui menteri keuangan, menteri negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta Bank Indonesia. Sementara itu, Bank yang bermarkas di London, Inggris, Standard Chartered Bank (SCB) menyatakan masih terus mencermati perkembangan industri syariah di Indonesia sebelum mendirikan unit usaha syariahnya (UUS) di negeri ini. "Kita di Malaysia sudah memiliki unit syariah Saadiq, di Indoensia meski memiliki potensi besar dengan penduduk mayoritas muslim, namun ada sejumlah isu besar seperti pajak berganda dalam transaksi murabah yang belum selesai," kata Kepala Eksekutif (CEO) Standard Chartered Bank untuk Indonesia, Simon Morris. Namun demikian pihaknya tetap optimis dengan perkembangan bisnis syariah di Indonesia. Sementara itu, bank asing seperti ABN Amro akan membuka bisnis syariahnya di Indoensia. Sedangkan HSBC, menjadi bank asing pertama yang membuka unit syariahnya di Indonesia. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008