Yogyakarta (ANTARA) - Puncak arus balik angkutan Lebaran 2019 di Terminal Giwangan Yogyakarta diperkirakan terjadi pada Sabtu (8/6) dan Minggu (9/6) meskipun jumlah penumpang yang diberangkatkan diperkirakan berkurang dibanding tahun lalu.

“Pada hari H Lebaran, Rabu (5/6), jumlah penumpang di Giwangan menurun. Namun, mulai H+1 Lebaran diperkirakan akan mengalami kenaikan dan mencapai puncaknya pada akhir pekan,” kata Kepala Satuan Pelayanan Terminal Giwangan Yogyakarta Bekti Zunanta di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, puncak arus balik di Giwangan terjadi pada akhir pekan karena banyak pegawai yang sudah harus kembali bekerja pada awal pekan.

Berdasarkan data pergerakan penumpang pada masa angkutan Lebaran tahun lalu, pada H+3 Lebaran, jumlah penumpang yang diberangkatkan dari Terminal Giwangan mencapai 17.384 orang dan pada H+4 Lebaran tercatat sebanyak 16.322 penumpang yang diberangkatkan.

Meskipun demikian, puncak arus balik pada masa angkutan Lebaran tahun lalu terjadi pada H+6 Lebaran dengan 18.447 penumpang yang diberangkatkan, khusus untuk penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP).

Jika bus reguler yang dioperasionalkan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penumpang selama arus balik, maka Terminal Giwangan akan langsung menghubungi perusahaan otobus untuk meminta bus tambahan.

Pada Sabtu (8/6) juga akan diberangkatkan penumpang yang mengikuti program balik gratis dengan tujuan Jakarta.

Sementara itu, guna memastikan kelaikan bus untuk operasional, Bekti memastikan bahwa petugas di Terminal Giwangan selalu melakukan uji petik ram check terhadap bus yang akan diberangkatkan.

Sejumlah pengecekan yang dilakukan terhadap bus, di antaranya kelengkapan wiper, kondisi spion, rem tangan, lampu, kondisi ban, kondisi kaca serta kelengkapan keselamatan bus seperti palu, alat pemadam api ringan, dan kelengkapan administrasi bus.

“Ada beberapa hal yang sering dilupakan, biasanya palu pemecah kaca. Jumlahnya juga kurang. Harusnya di sisi kanan dan kiri minimal ada tiga tetapi biasanya di bus hanya ada satu,” kata Komandan Regu Lapangan Agung Budi.

Sedangkan untuk kondisi ban, masih diperbolehkan menggunakan ban vulkanisir namun hanya untuk roda belakang.

“Roda depan wajib ban asli. Jika menggunakan ban vulkanisir dan kondisinya sudah tidak bagus, maka harus segera diganti. Bus tidak boleh dioperasionalkan sampai ban diganti. Begitu pula dengan kondisi kelaikan bus yang lain harus sesuai aturan,” katanya.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019