Pekanbaru (ANTARA News) - Delapan orang luka parah dalam bentrokan perebutan lahan pemukiman seluas 25 hektare yang terjadi di Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Minggu, antara warga setempat dengan pihak perusahaan pembangun perumahan. Bentrok fisik antara ratusan warga yang bermukim di Jalan Manunggal, Kampung Dalam, Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan, Pekanbaru, itu berlangsung sejak Ahad pagi hingga siang. Wartawan ANTARA News yang melihat pertikaian tersebut melaporkan kedua pihak dalam bentrok itu membekali diri dengan senjata tajam dan bambu runcing. Akibatnya, empat orang dari pihak warga dan empat orang dari pihak developer luka parah. Bentrokan diawali dengan pertikaian mulut setelah lahan seluas 25 hektare itu terlihat mulai dibersihkan oleh pihak perusahaan. Keributan bertambah menjadi dengan saling umpat, lempar batu, kayu dan kemudian saling serang oleh kedua belah pihak dengan cara menghunus senjata tajam dan bambu runcing. Perkelahian tidak seimbang karena pihak warga jumlahnya mencapai ratusan orang, sedangkan pihak developer sekitar 50 orang. "Kami sudah lama diam di sini. Ini tanah ayah kami. Milik keluarga kami," teriak seorang perempuan setengah baya warga setempat sambil mengacung-acungkan parang. Teriakan senada juga diungkapkan warga lainnya dan dibalas tidak kalah sengit oleh pihak developer. Dalam pertikaian massal itu, sebuah alat berat eskavator milik developer dibakar warga. Sementara itu, saat ditemui di sela aksi, H. Syukur selaku pemilik tanah dan pihak pengembang lahan mengatakan, ia sebetulnya telah melakukan pertemuan dengan warga perihal status tanah yang kini dihuni oleh ratusan warga itu. "Selaku pemilik tanah, saya sudah mengutarakan keinginan saya untuk membangun perumahan di daerah ini," katanya. Namun, lanjut dia, walau telah berulangkali dilakukan perundingan dengan masyarakat tidak juga ada titik temu, sampai perusahaannya mulai melakukan pengukuran ulang dan membersihkan lahan untuk pembangunan. "Masyarakat setuju saya membangun perumahan di sini dengan syarat separuh luas lahan dibebaskan untuk mereka. Itu tidak mungkin," katanya seraya menjelaskan bahwa pihaknya setuju melepaskan tiga hektar lahan untuk masyarakat, namun ditolak warga. Bentrok fisik warga dengan pihak pengembang itu baru berhenti setelah aparat keamanan dari Poltabes Pekanbaru turun dan melerai perkelahian massal itu, sedangkan korban luka telah dibawa ke rumah sakit terdekat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008