Pekanbaru (ANTARA News) - Pemerintah akan menyerahkan pengelolaan Blok Natuna D Alpha di Kepulauan Riau, yang diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar, kepada PT Pertamina (Persero). Sesuai UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas, Pertamina memiliki kesempatan pertama untuk melanjutkan pengelolaan ladang minyak yang masa kontraknya sudah berakhir, demikian diungkapkan Wapres Jusuf Kalla di Pekanbaru, Riau, Kamis. "Seusai UU, pilihan pertama Pertamina (yang mendapat hak pengelolaan Natuna)," katanya usai meninjau dan melakukan rapat kesiapan produksi minyak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Menurut dia, pemerintah akan mengumumkan secara resmi hal tersebut dalam waktu dekat. Jusuf Kalla dijadwalkan meninjau blok tersebut melalui udara pada Jumat (8/2). Wapres mengatakan, proses negosiasi pemerintah dengan ExxonMobil Oil Indonesia selaku operator lama sudah berakhir karena tidak mencapai titik temu. "Kami mengambil langkah-langkah yang menguntungkan Indonesia," katanya. Dirut Pertamina Ari Sumarno mengatakan, secara lisan, pihaknya sudah mendapat pernyataan hak pengelolaan Natuna itu. "Tapi, kami tunggu surat resminya," katanya. Menurut dia, pemerintah tentunya memiliki syarat-syarat dalam pengelolaan Natuna tersebut seperti besaran bagi hasilnya. "Kami akan lihat dulu syarat-syaratnya," katanya. Ia mengatakan, pihaknya akan mengajak mitra dalam pengembangan Natuna. Sebab, blok itu memiliki kandungan CO2 yang tinggi dan terletak di laut, sehingga membutuhkan teknologi dan biaya besar. Ari menyebut sejumlah mitra yang bisa diajak bekerja sama antara lain ExxonMobil, StatOil, Shell, Eni, dan PetroChina pada pengembangan hulu serta PTT Thailand, Petronas, dan PetroVietnam dalam penjualan. Pemerintah telah memutus kontrak Natuna D Alpha pada 2005 karena hingga 20 tahun lamanya tak kunjung berproduksi. Dalam kontrak lama, Exxon menguasai 76 persen saham kepemilikan dan Pertamina 24 persen. Namun, porsi bagi hasil kontrak lama sangat timpang karena Exxon mendapat 100 persen, sedang pemerintah nol persen. Blok Natuna D Alpha diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar yakni hingga 46 triliun kaki kubik. Namun, 70 persen cadangan gas tersebut mengandung CO2. Wapres merasa perlu melihat kesiapan CPI mengingat kontraktor tersebut memproduksi lebih dari 40 persen produksi minyak nasional. Pada 2008, pemerintah telah meminta CPI memproduksikan minyak sebesar 414.000 barel per hari atau 41 persen dari target produksi nasional sekitar satu juta barel per hari. Chevron menargetkan akan mengebor sebanyak 750 sumur untuk mencapai produksi minyak sesuai target pemerintah tahun 2008 itu. Tahun 2007, CPI memproduksi minyak 425.500 barel per hari dengan mengebor 365 sumur dan mengeluarkan investasi 800 juta dolar AS.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008