Sydney (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda mengatakan, pemerintah RI ingin mendorong tumbuh kembangnya studi-studi tentang Indonesia di berbagai universitas di Australia guna menumbuhkan pemahaman yang memadai tentang Indonesia di kalangan akademisi dan publik negara itu. Poin itu menjadi bagian dari beberapa masalah yang sempat mengemuka dalam pertemuan Menlu dengan Gubernur Negara bagian New South Wales (NSW) yang juga Rektor Universitas Sydney, Marie Bashir, di Government House, Sydney, Jumat. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu, Menlu Wirajuda mengatakan, ia dan Marie Bashir hanya membicarakan "hal-hal ringan namun cukup berbobot dan tidak berbicara masalah politik" tetapi tertangkap perhatian gubernur NSW yang besar terhadap masalah-masalah pendidikan dan kesehatan. Salah satu hal yang sempat mengemuka dalam pertemuan tersebut adalah keinginan Indonesia untuk terus mendorong tumbuh berkembangnya studi-studi tentang Indonesia di Universitas Sydney maupun berbagai perguruan tinggi Australia lainnya. Menlu Wirajuda mengatakan, ia pun menyampaikan terima kasih atas berbagai hal yang telah dilakukan pemerintah NSW kepada lebih dari enam ribu mahasiswa Indonesia yang kini menuntut ilmu di berbagai universitas di negara bagian itu. Gubernur NSW Marie Bashir sempat menyinggung tentang niat pihaknya untuk membantu bidang pendidikan dan kesehatan dalam rangka kerja sama kota kembar Sydney (NSW) dan DKI Jakarta. "Kita (Deplu RI) memang mau mendorong terjalinnya kerja sama antarpemerintah daerah (kedua negara)," katanya. Marie Bashir juga menaruh perhatian pada manfaat dari pertukaran guru dan pelajar/mahasiswa sebagai bagian dari kerja sama di tingkat masyarakat, katanya. Sebagai seorang profesor di bidang sains kedokteran, gubernur NSW itu juga menyambut baik program kerja sama Australia-Indonesia dalam penanggulangan bahaya HIV di Indonesia, kata Menlu Wirajuda. Galeri Billich Seusai pertemuan dengan Marie Bashir, Menlu Wirajuda lalu mengunjungi galeri milik maestro lukis Australia, Dr.Charles Billich, untuk bertemu dan bersantap siang bersama Billich dan seluruh anggota rombongan misi kunjungan di sebuah restoran di dekat galeri yang beralamat di Jalan George 106, The Rocks, Sydney itu. Pada 24 Januari lalu, Billich menyumbangkan tiga karya lukisnya bertema Bali dan merupakan koleksi terbatas galerinya kepada Departemen Luar Negeri RI. Ketiga lukisan berjudul "Lotus Poem", "Bali Royal Palace" dan "Ubud" itu kembali dipajangkan di galerinya sepanjang kunjungan Menlu Wirajuda. Pada kesempatan itu, Billich juga memberikan sebuah lukisannya pada "Australia Day Regatta" kepada Menlu Wirajuda untuk dijadikan koleksi pribadi. Di sela pertemuan itu, kepada wartawan Indonesia, Billich mengatakan, ia berkeinginan membuat sketsa Jakarta yang merekam berbagai aspek ibukota Indonesia itu, seperti arsitektur, monumen sejarah, serta keunikan dan kekayaan budaya masyarakatnya. Dari gedung Galeri Billich, Menlu Wirajuda dan rombongan melanjutkan perjalanan ke gedung "Commonwealth Parliamentary Office" untuk bertemu Perdana Menteri Kevin Rudd. Menlu diterima sekitar satu jam, yakni dari pukul 14.15 hingga sekitar pukul 15.15 waktu Sydney, atau lebih lama dari alokasi waktu 30 menit yang ditentukan pihak Australia sebelumnya. Di antara pejabat yang mendampingi Menlu Wirajuda dalam berbagai pertemuan selama kunjungan tiga harinya di Australia itu adalah Dubes RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb, Direktur Perjanjian Internasional untuk Politik, Keamanan dan Wilayah Luar Negeri Deplu RI Arif Hafas Oegroseno, dan Jubir Deplu Kristiarto Legowo. Jumat malam, Menlu Wirajuda bertemu masyarakat Indonesia di Wisma Indonesia Sydney. Sabtu pagi, Menlu dan seluruh anggota rombongan dari Jakarta bertolak kembali ke Tanah Air. Sebelum ke Sydney, Menlu Wirajuda menandatangani naskah "proses verbal pertukaran nota diplomatik" Perjanjian keamanan Indonesia -Australia bersama Menlu Stephen Smith di Perth, Kamis (7/2), sebagai simbol dari mulai berlakunya perjanjian yang ditandatangani di Lombok pada 13 November 2006 dan telah diratifikasi parlemen kedua negara pada 2007 itu. Indonesia dan Australia merupakan dua negara bertetangga dekat yang telah membangun kerja sama erat untuk merespons berbagai masalah internasional, seperti ancaman kontra terorisme, pencurian ikan, penyelundupan dan perdagangan manusia, flu burung, perubahan iklim dan dialog antariman. Di bidang perdagangan, investasi dan ekonomi, kedua negara juga memiliki kerja sama yang "sehat" dimana nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai 10,4 miliar dolar pada 2006-2007 dan nilai investasi mencapai 3,5 miliar dolar. Indonesia juga merupakan negara mitra penerima bantuan terbesar Australia pada 2007-2008, yakni 458 juta dolar Australia. Sebagai bagian terpenting bantuan itu adalah program pendidikan dasar senilai 355 juta dolar guna membantu rakyat Indonesia mendapatkan akses pendidikan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008