Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan target ekspor nonmigas 2008 sebesar 14,5 persen masih dipertahankan meski target pertumbuhan ekonomi akan diturunkan dari angka 6,8 persen. "Belum ada pembahasan internal (untuk diturunkan lagi)," katanya di Jakarta, Senin. Menurut dia, pertumbuhan ekspor tahun ini akan menghadapi banyak hambatan, terutama menurunnya permintaan produk manufaktur akibat resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi negara tujuan ekspor Indonesia lainnya. "Kalau untuk (ekspor) komoditas tidak (terpengaruh). Ekspor produk berbasis energi dan mineral seperti kelapa sawit permintaannya akan cukup kencang tapi harganya kita tidak mungkin harapkan naik dua kali lipat lagi," jelasnya. Tren harga komoditas 2008 meski naik turun, lanjut Mendag, secara umum grafik pergerakan harga melandai untuk beberapa komoditi. "Tapi dari segi volume ekspor tetap stabil, yang agak terpengaruh (penurunan) produk manufaktur," ujarnya. Selain menghadapi tekanan eksternal, infrastruktur seperti pelabuhan yang padat serta jalan rusak juga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekspor. "Ini sudah dibahas cukup lama tapi dari segi fisik kelihatannya susah untuk berbuat banyak kecuali menunggu jalan tol (khusus kontainer ke pelabuhan) yang sedang dibangun. Paling yang bisa diperbaiki adalah dari segi manajemen lalu lintas tapi itu juga susah mengingat kepadatan angkutan arus barang," tambahnya. Menurut Mendag, pemerintah menyadari besarnya kerugian eksportir akibat masalah infrastruktur dan perlunya pembangunan pelabuhan baru. Namun, program perbaikan infrastruktur yang dikerjakan pemerintah, baru dapat mulai terasa pada 2009. Padatnya kondisi di pelabuhan, menurut Mendag, akan sangat mempengaruhi ekspor produk olahan mengingat ekspor komoditas dapat melalui pelabuhan khusus. "Seperti kelapa sawit di Kalimantan, itu pun kami dengar pelabuhan kelapa sawitnya sebentar lagi akan full kapasitasnya," katanya. Mendag mengakui pertumbuhan investasi juga tertekan akibat lemahnya dukungan infrastruktur, terutama pelabuhan. Salah satu sektor yang terpengaruh adalah elektronik yang investasinya tidak meningkat. "Bahkan pertumbuhannya negatif, kecuali untuk sektor elektronik tertentu seperti printer itu naik. Tapi yang turun juga banyak," ujarnya. Ekspansi di sektor tekstil dan garmen juga tertahan mengingat produk ekspornya memerlukan angkutan yang cepat ke pelabuhan. "Yang terjadi, mereka membatasi ekspansinya, kalau mereka mau tambah order mereka pikir dulu kecepatan angkut dan waktu pengirimannya," tambahnya. Untuk sektor otomotif, lanjut Mendag, adanya "carport" (pelabuhan khusus mobil) sangat membantu pertumbuhan ekspor sektor tersebut namun harus segera diperluas pembangunannya. "Ini sebentar lagi akan full, jadi mesti di-expand pembangunan-nya," ujarnya. Pemerintah, lanjut Mendag, belum merencanakan membangun pelabuhan internasional baru seperti Tanjung Priok mengingat belum memiliki pola kerjasama pemerintah dan swasta yang tepat untuk pembangunan pelabuhan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008