Baghdad (ANTARA News) - Polisi Irak mengatakan 15 orang tewas Selasa, ketika serangkaian roket yang disiapkan bagi serangan di permukiman Baghdad tenggara meledak sewaktu personil pasukan keamanan sedang berusaha menjinakkannya. Sedikitnya 27 orang cedera dalam ledakan kuat malam hari di permukiman Al-Obeidi, kata seorang perwira senior yang tak bersedia menyebutkan jatidirinya. "Polisi menemukan satu truk yang akan digunakan sebagai landasan peluncuran oleh gerilyawan bagi serangan roket terhadap pangkalan militer AS yang berada di dekatnya," kata perwira tersebut kepada AFP. "Beberapa roket telah ditembakkan. Sewaktu mereka berusaha menjinakkan yang lain, terjadi kesalahan dan roket-roket itu meledak," katanya. Beberapa pejabat keamanan sebelumnya telah mengatakan truk tersebut meledak saat pasukan keamanan sedang memeriksanya, setelah gerilyawan yang menembakkan roket melarikan diri. Militer AS menyatakan dua posnya di daerah tersebut terkena serangan "tak langsung" dalam selang waktu, masing-masing, lima menit, sehingga melukai sebanyak empat prajurit. Militer menggunakan istilah "tembakan tak langsung" bagi serangan roket dan mortir. "Dalam serangan pertama, seorang prajurit koalisi cedera," kata jurubicara militer AS Mayor Brad Leighton. Ditambahkannya, pos terdepan itu berada saling berdekatan." "Dalam serangan kedua, tiga prajurit koalisi cedera," katanya. Hari Senin, serangkaian roket Katyusha yang ditembakkan ke bandar udara internasional di Baghdad dan pangkalan militer Camp Victory, yang bersebelahan, menewaskan lima orang Irak dan melukai dua prajurit AS. Militer AS biasanya menuduh milisi Syiah dukungan Iran yang disebutnya "kelompok khusus" sebagai pelaku serangan roket dan mortir. Jurubicara militer AS Laksamana Gregory Smith mengatakan kepada wartawan, Ahad, "kelompok khusus" meningkatkan penggunaan senjata yang disembunyikan untuk menyerang pasukan Irak dan AS. "Apa yang kami hadapi adalah peningkatan penggunaan senjata oleh kelompok khusus dukungan Iran," katanya. Militer menggunakan istilah "kelompok khusus" untuk menggambarkan apa yang dikatakannya sebagai "anasir merah" di dalam milisi Tentara Mahdi, yang setia kepada tokoh agama garis keras dari aliran Syiah Moqtada As-Sadr --yang tak mengacuhkan perintah gencatan senjata yang diberikan enam bulan lalu dan berakhir masa berlakunya pada Februari.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008