Hollywood, (ANTARA News) - Perhelatan Piala Oscar di Hollywood, Amerika Serikat, baru saja berlalu, dan aktris Perancis Marion Cotillard lah yang mencuri perhatian pada malam itu. penyerahan Oscar --malam yang antara lain menobatkan Daniel Day-Lewis sebagai Aktor Terbaik dan "No Country for Old Men" sebagai Film Terbaik 2008 versi Academy Award. Cottilard, perempuan kelahiran Paris, secara mengejutkan menyabet Piala Oscar untuk kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik untuk perannya dalam "La Vie En Rose", film yang mengisahkan perjalanan hidup penyanyi legendaris Perancis, Edith Piaf. Cottilard banyak mendapat pujian karena berhasil membangkitkan sosok Edith Piaf dengan sempurna. Demikian sempurnanyan sehingga Cotillard sendiri mengaku sulit untuk melepaskan diri dari karakter Piaf yang telah merasuk ke jiwanya. Edith Piaf adalah penyanyi Perancis yang meninggal 1963 pada usia 47 tahun setelah mengalami rangkaian hidup berlebihan, keberhasilan, juga tragedi. Piaf sang legenda musik Perancis itu dikenal memiliki karakter yang karismatik sekaligus meledak-ledak. Pada akhira pembuatan film, Piaf telah menjadi bagian dari Cotillard sehingga aktris 32 tahun itu merasa sulit untuk melepaskan pengaruh Piaf dari dirinya. "Di akhir pengambilan gambar, saya rasakan tidak akan mudah untuk meninggalkan Edith Piaf dan menemukan diri saya sendiri di dunia nyata," kata Cotillard dalam artikel yang dikeluarkan oleh M&C. "Saya kembali ke rumah, menjalani kehidupan normal lagi, tapi kemudian saya sadar Piaf belum lepas, saya masih terus kembali seperti dia," katanya. Yang lebih parah, ujarnya, adalah ketika berbicara dengan orang lain, ia bertingkah seperti Piaf, juga dengan intonasi-intonasi yang sama. "Tapi sedikit demi sedikit, saya kembali lagi ke otak saya, badan saya, dan tidak lagi di bawah kendali luapan-luapan ala Piaf," katanya. Cotillard sebenernya tidak tahu banyak tentang Edith Piaf --aktris yang juga dikenal sebagai La Mome. "Saya tahu beberapa lagu dia," kata Cotillard. "Saya tidak tahu banyak soal kehidupan dia. Tapi gambaran tentang dia mengingatkan saya kepada nenek saya yang tinggi badannya sama --satu meter 47 sentimenter. Itu yang membuat saya bisa memerankanya dalam film." Hal yang paling sulit untuk memerankan Piaf, kata Cotillard, adalah bagaimana tidak membuat peran tersebut berlebihan tapi juga tidak mengurangi kepribadian dan kenyataan hidup Piaf. "Setiap hari (saat pengambilan gambar) saya harus menyeimbangkannya. Ini hal yang menyenangkan buat saya." Di mata salah satu pelatihnya dalam bidang peran, Pascal Luneau, Cotillard adalah pilihan yang sempurna untuk membangkitkan lagi kepribadian Piaf yang meledak-ledak dan karismatik. Tentang penampilan, kata Luneau, "Kami memutuskan untuk tidak meniru Piaf, tidak membentuk karakter. Kami hanya membiarkan Piaf merasuk ke dirinya (Cotillard) dan mendapat inspirasi darinya." Untuk bisa seperti itu, kata Luneau lagi, Cotillard tidak boleh takut, tidak boleh terhimpit, dan ia harus menjadi orang yang benar-benar gila ketenaran. Pada akhirnya, Piaf telah menjadi bagian dari Cotillard sehingga aktris 32 tahun itu merasa sulit untuk melepaskan pengaruh Piaf dari dirinya. Kurang komersial Sebelum "La Vie en Rose" diproduksi, Marion Cotillard tahu bahwa dirinya bukan pilihan pertama daftar yang dipunyai produser untuk mereinkarnasi penyanyi legendaris Perancis Edith Piaf dalam film biografi yang mendapat pujian luas "La Vie en Rose". "Produser telah menyiapkan daftar nama-nama aktris dan bahkan tidak ada nama saya di daftar itu karena dianggap tidak akan menghasilkan uang banyak," kata Cotillard. Menurut laporan media, setelah sutradara Olivier Dahan akhirnya memilih Cotillard dibandingkan Audrey Tautou, aktris terkenal Perancis yang namanya sudah mendunia melalui film The Da Vinci Code dan film sukses Perancis, Amelie, sebuah perusahaan produksi memotong dalam jumlah besar pendanaan untuk film tersebut. Tapi Dahan berkeras bahwa sejak awal ia ingin Cotillard lah yang memerankan Edith Piaf. "Ada kesamaan (antara Cotillard dan Piaf)," katanya. "Tapi lebih dari itu, saya ingin aktris tanpa batasan, dan itu saya lihat ada pada Marion, walaupun sebelumnya dia belum pernah digali sebelumnya." Penampilan Cotillard sebagai Piaf dan kemudian penghargaan yang diterimanya sebagai pemenang Piala Oscar untuk kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik, mengubahnya dari aktris kelas-dua menjadi bintang dengan reputasi hebat. Kemungkinan besar, Cotillard tidak akan lagi dianggap sebagai aktris yang tidak menguntungkan secara finansial. Nominasi Oscar yang diterima Cotillard itu telah membawanya menjadi bintang seperti sejumlah kecil aktris Perancis lainnya yang dinominasikan menjadi aktris terbaik Oscar seperti Isabelle Adjani, Catherine Deneuve dan Simone Signoret. Dengan kemenangannya sebagai Aktris Terbaik 2008 versi Academy Award, Cotillard menjadi aktris kedua Perancis yang memenangi Oscar setelah Simone Signoret tahun 1960. Sebelum mengantongi Oscar, di tengah persaingan dengan Julie Christie yang sebelumnya dijagokan meraih piala tersebut, Cotillard telah memenangi trofi dan penghargaan lainnya untuk perannya sebagai Edith Piaf. Sebut saja Golden Globe, BAFTA (penghargaan insan film semacam Oscar di Inggris), dan penghargaan dari kritikus-kritikus film di London, Boston, Kansas City dan Los Angeles. Sederet pujian yang diterimanya itu tak lain adalah pengakuan atas bakatnya serta hasil kerja keras yang ia lakukan untuk menjelma sebagai Piaf. Setelah sukses menyabet Oscar dan berbagai penghargaan lainnya, Cotillard sudah bersiap untuk membintangi dua film internasional: "Nine" arahan sutradara Rob Marshall di mana ia akan menyanyi bersama Javier Bardem, Penelope Cruz dan Sophia Loren. Film lainnya adalah "Public Enemies", film gangster tahun 1930an yang disutradarai Michael Mann dan dibintangi oleh Johnny Depp dan Christian Bale. (*)

Copyright © ANTARA 2008