New York (ANTARA) - Harga minyak dunia melonjak 4,5 persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi), mencapai tingkat tertinggi sejak Mei lalu, setelah persediaan minyak mentah AS menyusut dan produsen-produsen utama memotong hampir sepertiga dari produksi lepas pantai Teluk Meksiko menjelang perkiraan datangnya badai.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 2,6 dolar AS atau 4,50 persen menjadi menetap pada 60,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional minyak mentah Brent untuk pengiriman September, naik 2,85 dolar atau 4,44 persen menjadi ditutup pada 67,01 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.

Kedua harga acuan minyak mencapai tingkat tertinggi sejak akhir Mei.

Stok minyak mentah AS turun 9,5 juta barel dalam sepekan yang berakhir 5 Juli, menyusut lebih dari tiga kali lipat dari yang diperkirakan oleh para analis 3,1 juta barel, karena kilang-kilang meningkatkan produksinya, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).

"Penarikan persediaan jauh lebih kuat dari yang diperkirakan, yang membantu mendorong harga minyak lebih tinggi," kata Carsten Fritsch, analis minyak di Commerzbank.

"Impor turun dan pemanfaatan kilang mencapai level tertinggi sejak awal tahun, berkontribusi pada penarikan besar."

Badai yang diperkirakan akan terbentuk di sepanjang Teluk Meksiko juga membantu mengangkat harga minyak.

Perusahaan-perusahaan minyak besar mulai mengevakuasi dan menghentikan produksi di Teluk Meksiko menjelang badai, yang diperkirakan akan menjadi badai pada akhir pekan.

"Dengan evakuasi beberapa anjungan di Teluk Meksiko sebelum badai tropis, itu akan mengekang produksi," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Chevron Corp, Royal Dutch Shell, BP, Anadarko Petroleum dan BHP Group sedang dalam proses memindahkan staf dari 15 anjungan lepas pantai . Exxon Mobil mengatakan sedang memantau cuaca untuk menentukan apakah fasilitasnya mungkin terpengaruh.

Teluk Meksiko adalah sumber bagi 17 persen dari produksi minyak mentah AS yang mencapai sekitar 12 juta barel per hari (bph).

Harga minyak AS dan Brent telah naik tahun ini karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen besar seperti Rusia, telah membatasi produksi mereka untuk meningkatkan harga.

Aliansi tersebut, yang dikenal sebagai OPEC+, setuju pekan lalu untuk memperpanjang kesepakatan pemotongan pasokan hingga Maret 2020.

Ketegangan di sekitar program nuklir Iran dan insiden baru-baru ini yang melibatkan tanker minyak di Teluk juga telah mendukung harga.

"Ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Iran terus menambah tingkat dukungan yang masih belum dapat diverifikasi," kata ahli strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Seorang jenderal top AS mengatakan pada Selasa (9/7/2019) bahwa Washington berharap untuk meminta sekutunya selama dua minggu ke depan dalam sebuah koalisi militer untuk melindungi perairan strategis di Iran dan Yaman, di mana Amerika Serikat menyalahkan Iran dan pejuang yang selaras dengan Iran untuk serangan-serangan.

Baca juga: Harga minyak naik lebih dari satu persen di Asia
Baca juga: Minyak naik di tengah ketegangan geopolitik dan khawatir permintaan
Baca juga: Kekhawatiran prospek ekonomi lemahkan harga minyak di Asia

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019