Sanaa (ANTARA News) - Pemimpin senior Al-Qaeda Jaber al-Banna, yang diburu AS dan penangkapannya berhadiah lima juta dolar, dibebaskan dengan jaminan setelah persidangan banding di Yaman, Minggu.
Banna, yang memiliki kewarganegaraan AS-Yaman dan dijatuhi hukuman in absentia 10 tahun penjara pada tahun lalu, adalah satu dari 36 terdakwa militan yang naik banding atas vonis hukuman penjara antara dua dan 15 tahun.
Ia menyerahkan diri kepada pihak berwenang Yaman pada Desember setelah negosiasi yang berlangsung beberapa bulan. Masih belum ada pernyataan mengenai kesepakatan apa yang telah dicapai.
Banna seperti dilaporkan AFP muncul pertama kali di pengadilan pada pembukaan persidangan banding 23 Februari ketika ia diizinkan berjalan bebas tanpa persyaratan jaminan sama sekali.
Pada persidangan Minggu, Banna mendesak pengadilan membatalkan putusan hukuman yang "tidak adil" itu dan menuduh pemerintah Yaman bersekongkol dengan AS untuk memenjarakannya.
Ia dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 23 Maret.
Washington menuduh Banna memberikan dukungan material kepada Al-Qaeda dan menawarkan hadiah lima juta dolar bagi penangkapannya.
Ia adalah satu dari sejumlah tersangka anggota Al-Qaeda yang menjadi bahan perdebatan antara Sanaa dan Washington.
Yaman dan AS sebelumnya berselisih mengenai Jamal al-Badawi, seorang tersangka anggota Al-Qaeda yang dipenjara selama 15 tahun karena peranannya dalam serangan bom Oktober 2000 terhadap kapal perusak USS Cole di lepas pantai pelabuhan Yaman selatan Aden yang menewaskan 17 pelaut AS.
Badawi, yang juga diburu AS dengan hadiah lima juta dolar, termasuk diantara 23 terdakwa Al-Qaeda yang melarikan diri dari penjara pada Febaruari 2006.
Ia menyerah kepada pihak berwenang pada Oktober, namun para tetangganya mengatakan bahwa ia diizinkan menjalani hukuman di rumahnya sendiri.
Pengungkapan itu membuat Washington segera membekukan paket bantuan 20,6 juta dolar kepada Yaman yang membuat Badawi segera dijebloskan lagi ke penjara.
Yaman, negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, merupakan salah satu negara termiskin dunia meski berberdekatan dengan Arab Saudi yang kaya minyak.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008