Jakarta (ANTARA News) - Perlakuan tidak menyenangkan oleh petugas Imigrasi Singapura yang terkesan berlebihan terhadap dua tokoh Indonesia, jangan hanya dibalas dengan nota protes, tetapi perlu tindakan berupa terapi kejut seperti pembatasan warga negara Indonesia berkunjung ke sana, begitu pula sebaliknya. "Pengurangan kunjungan itu dengan memberlakukan lagi visa kunjungan. Hal ini juga diperlukan untuk memberikan pembelajaran, agar masyarakat kita tidak konsumtif dengan berbelanja di Singapura, hanya karena korban iklan dan faktor 'demonstration effect'," tandas Anggota Komisi III DPR,, Gayus Lumbuun, di Jakarta, Sabtu. Ia mengemukakan hal ini kepada ANTARA menanggapi opini panas dari berbagai kalangan terhadap perlakuan Imigrasi Singapura atas Adnan Buyung Nasution (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI) dan mantan Jaksa Agung, Abdul Rahman Saleh. Bagi Gayus Lumbuun, sikap Singapura itu benar-benar semakin menunjukkan arogansinya, melecehkan orang-orang Indonesia, apa pun alasannya. "Atas perlakuan imigrasi negeri itu yang saya anggap amat berlebihan ini, sebaiknya Pemerintah Indonesia tidak hanya mengirim nota protes. Harus bertindak tegas 'dong'. Kok dari beberapa kejadian kelihatannya sepertinya kita ini bangsa lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa melindungi warga yang diganggu di luar negeri," katanya. Karena itu, dia mengusulkan melakukan tindakan dengan terapi kejut, seperti mengurangi masyarakat melakukan kunjungan ke Singapura, maupun sebaliknya. "Berlakukan lagi visa kunjungan. Sekalian ini untuk membatasi kalangan tertentu dari Indonesia yang gandrung berperilaku konsumtif di Singapura, menghambur-hamburkan uang tanpa memperhatikan situasi kemiskinan di dalam negeri. Dan memang kebanyakan yang ke sana itu sebetulnya seperti saya katakan tadi, korban iklan atau gaya hidup gengsi," ungkapnya lagi. Ia juga mengingatkan, agar dengan semakin tingginya perilaku melecehkan WNI di luar negeri, sesungguhnya mendorong Indonesia untuk segera bangkit. "Momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional (1908-2008) harus memacu kita untuk membangunkan lagi rasa nasionalisme itu," tandas Gayus Lumbun. (*)

Copyright © ANTARA 2008