Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina menargetkan produksi gas Blok Natuna D Alpha, Kepulauan Riau, dapat dimulai pada 2018. Wakil Kepala BP Migas, Abdul Muin, usai mengikuti paparan pengembangan Natuna yang disampaikan PT Pertamina di depan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Selasa, mengatakan target tersebut dengan asumsi penandatanganan kontrak kerjasama (KKS) Natuna dapat dilakukan pada 2008. "Pengembangan Natuna direncanakan dalam 10 tahun, sehingga tahun 2018 sudah produksi," katanya. Dirut Pertamina Ari H Soemarno menambahkan pihaknya tidak bisa menjelaskan proposal pengembangan Natuna yang disampaikan ke Menteri ESDM, karena harus dipresentasikan kepada Presiden terlebih dahulu. "Sesuai hasil sidang kabinet beberapa waktu lalu, saya mesti presentasi ke Presiden dulu," katanya. Ia hanya mengatakan, dirinya menjelaskan tujuh hal kepada Menteri ESDM, antara lain situasi dan kondisi terkini Natuna, risiko, peluang, kriteria mitra, dan keekonomian. Sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu telah memutuskan kelanjutan pengelolaan Blok Natuna D Alpha diserahkan kepada Pertamina, menyusul tak dicapainya titik temu dalam negosiasi dengan ExxonMobil. Hasil sidang kabinet juga meminta Pertamina segera menyampaikan proposal pengelolaan Natuna yang diperkirakan mengandung cadangan gas cukup besar. Proposal tersebut nantinya akan dievaluasi tim pengarah yang beranggotakan antara lain Menko Perekonomian, Menko Polhukam, dan Menteri ESDM. Pemerintah telah memutus kontrak Natuna D Alpha dengan Exxon pada 2005 karena hingga 21 tahun lamanya tak kunjung berproduksi. Dalam kontrak lama, Exxon menguasai 76 persen saham kepemilikan dan Pertamina 24 persen. Namun, porsi bagi hasil kontrak lama sangat timpang karena Exxon mendapat 100 persen, sedang pemerintah nol persen. Blok Natuna D Alpha diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar, yakni hingga 46 triliun kaki kubik. Namun, 70 persen cadangan gas tersebut mengandung CO2. (*)

Copyright © ANTARA 2008