Jakarta (ANTARA News) - Sepanjang Maret 2008 kedatangan artis-artis Amerika Serikat ke Indonesia untuk menggelar konser kian deras mengalir, kendati masih berlaku larangan terbang dari pemerintah setempat. Tercatat artis AS yang datang sejak awal Maret adalah grup band alternatif "Incubus" (5/3) dan grup band rock/heavy metal "Skid Row" yang konser di Jakarta (8/3) dan tur ke sejumlah kota di Pulau Jawa. Pekan berikutnya giliran artis-artis jazz yang datang lewat kegiatan Java Jazz Festival. Mereka antara lain grup vokal jawara Grammy Award "The Manhattan Transfer", Baby Face, dan Bobby Caldwell. Tak lama berselang giliran sang legenda di dunia tarik suara, Diana Ross, tampil dalam sebuah konser amal di Jakarta (23/3), disusul kedatangan sembilan anak muda yang tergabung dalam grup band "Ozomatli" menggelar konser di Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Kedatangan grup band pemenang Grammy itu didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Mereka tinggal selama sembilan hari dan melakukan kolaborasi musik bersama beberapa musisi Indonesia. "Kami tahu larangan itu, tapi kami tidak takut dan tidak khawatir ke manapun kami pergi sebab tujuannya adalah bermusik. Dengan musik maka perbedaan budaya dapat dijembatani," ujar pemain saksofon dan klarinet band "Ozomatli", Ulises Bella. Personel "Ozomatli" lainnya, Yamaguchi mengungkapkan sembilan orang personel band ini berasal dari latar belakang sosial dan musik yang berbeda. Musik Afrika, Amerika Serikat, hingga Asia menjadi inspirasi bermusik dan sarana menyampaikan pesan perdamaian. Soal peringatan larangan terbang, salah satu personel grup "The Manhattan Transfer", Tim Hauser mengungkapkan hal tersebut tidak menghalangi niat para personel grup dan kru datang ke Indonesia. "Larangan itu memang ada, tapi kami datang untuk menyanyi di Java Jazz dan kami sangat bangga bisa berada di sini. Artis-artis lain juga datang dan jumlahnya sangat banyak. Mereka tidak khawatir ke Indonesia, lalu mengapa kami harus takut?," ujar Tim. Faktor Keamanan Sejumlah promotor musik mengungkapkan faktor keamanan selalu menjadi pertanyaan awal sebelum sang artis berhasil diboyong ke Indonesia. Pemimpin Buena Produktama, Peter Basuki, mengatakan peristiwa Bom Bali, kerusuhan di daerah, dan demonstrasi yang marak diberitakan di media massa membuat artis sangat berhati-hati sebelum menerima tawaran manggung. "Tidak mudah memboyong penyanyi atau kelompok musik sekelas Il Divo, Backstreet Boys, dan Diana Ross. Perlu usaha keras untuk meyakinkan Indonesia aman dikunjungi," katanya. Sementara itu, Head of Talent Division Java Musikindo, Melanie Subono, mengatakan kondisi Indonesia yang cukup aman dalam dua tahun terakhir sangat positif untuk menggelar konser artis-artis mancanegara. "Pokoknya kalau aman seperti ini, artis-artis tidak susah untuk diundang konser di Indonesia. Mudah-mudahan seterusnya bisa kondulsif," ujarnya. Sejak awal 2008 sejumlah artis mancanegara didatangkan Java Musikindo. Melanie menyebut di antaranya adalah Saosin, Incubus, dan Bjork. Menurut Peter, gelombang kedatangan para artis mancanegara untuk menggelar konser di Jakarta dan kota besar lainnya akan terus mengalir hingga akhir 2008. "Sekarang ini sebanyak-banyaknya promotor berusaha mendatangkan penyanyi dan musisi dari luar negeri. Karena kalau tidak tidak tahun ini, tahun 2009 rasanya tidak mungkin karena ada Pemilu," ujarnya. Peter mengatakan pengalaman Pilpres atau Pilkada seringkali menaikkan suhu politik dan sering terjadi kerusuhan yang membuat kondisi keamanan kurang stabil. Pada 2009, proses demokrasi dalam Pilpres dikhawatirkan kembali berpotensi rawan konflik sehingga para artis menolak datang. "Mudah-mudahan masyarakat Indonesia semakin dewasa menyikapi proses demokrasi dalam Piplres 2009 sehingga tidak terjadi konflik atau kekacauan yang berdampak buruk pada citra Indonesia di mata Internasional," demikian ujar Melanie Subono. (*)

Oleh oleh Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2008