Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB), Rabu, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2008 menjadi 6,0 persen dari sebelumnya 6,4 persen, menyusul menurunnya kinerja ekspor akibat melambatnya ekonomi global. ADB mengatakan meski sekitar 50 persen ekspor non migas Indonesia ditujukan ke pasar-pasar di Asia, selain Jepang, pelambatan di negara-negara industri juga secara tidak langsung merugikan ekspor. Faktor lainnya yang mendukung revisi tersebut adalah kenaikan beban subsidi yang akan memperlambat belanja pemerindah dalam proyek-proyek infrastruktur, kata Purnima Rajapakse, seorang pejabat kantor ADB di Indonesia, seperti dikutip Thomson Financial. ADB mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik menjadi 6,2 persen pada 2009. Ekonomi Indonesia tumbuh 6,3 persen pada 2007, merupakan tingkat pertumbuhan terbaik sejak krisis keuangan Asia pada 2007. ADB juga memproyeksikan angka inflasi naik menjadi 6,8 persen pada 2008 dari 6,4 persen pada 2007 akibat meningkatnya permintaan domestik dan tingginya harga makanan global, sebelum moderat menjadi 6,5 persen pada 2009 akibat menurunnya harga makanan dunia. Rajapakse mengatakan pertumbuhan konsumsi swasta dan investasi masih akan menguat tahun ini, terbantu oleh turunnya tingkat suku bunga. Bank Indonesia (BI), mulai menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) secara bertahap pada Mei 2006 setelah mencapai level tertinggi 12,75 persen. Secara kumulatif BI telah menurunkan BI Rate 475 poin menjadi 8,0 persen pada akhir tahun lalu. Pemerintah saat ini masih membahas revisi anggaran 2008 (APBN 2008), termasuk beban subsidi, akibat tingginya harga minyak dan melambatnya pertumbuhan penerimaan. Kenaikan asumsi harga minyak menjadi 95 dolar AS per barel dari 60 dolar AS pada anggaran aslinya telah diusulkan. Akibatnya, subsidi untuk bahan bakar minyak dan listrik akan meningkat masing-masing menjadi Rp131 triliun dan Rp61 triliun, dari Rp45,8 triliun dan Rp29,8 triliun dalam anggaran awal (APBN 2008). Pemerintah juga berencana meningkatkan subsidi pangan menjadi Rp19,8 triliun dari Rp7,2 triliun sebagai bagian dari upaya menurunkan harga-harga makanan. (*)

Copyright © ANTARA 2008