Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti dan pejabat pemerintah dari Indonesia dan Australia berbagi hasil penelitian mengenai penyakit menular yang saat ini bisa dengan mudah menyebar melintasi batas wilayah negara dan bahkan benua. Hasil-hasil penelitian ahli penyakit menular dari Indonesia dan Australia itu dipaparkan dalam lokakarya tentang kesehatan manusia dan penyakit menular yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia dan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 14-15 April 2008. "Penyakit, saat ini sudah tidak ada batasan wilayahnya lagi. Orang-orang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah, jadi tak bisa dihindari kemungkinan masuknya, termasuk ke Australia dan Indonesia," kata Prof. Sangkot Marzuki dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta, Senin. Dalam hal ini, Prof.Sangkot mengetuai delegasi Indonesia dalam lokakarya itu, yang terdiri atas 17 peneliti spesialis kesehatan. Sementara Prof. John MacKenzie dari Pusat Kerjasama Riset Biosekuriti Australia dan Curtin University of Technology mengatakan, ketiadaan batasan penyebaran penyakit mengharuskan setiap negara memahami pola penyebaran semua penyakit menular dan mencari metode efektif untuk mendeteksi dan menanganinya sedini mungkin supaya tidak meluas dan menimbulkan dampak besar bagi kesehatan dan perekonomian. "Selain itu Australia dan Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat global, juga harus menyadari keadaan ini dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan munculnya penyakit baru yang dapat menimbulkan masalah ekonomi besar," kata pemimpin delegasi Australia yang terdiri atas 13 pakar medis tersebut. Oleh karena itu, ia melanjutkan, penting bagi Australia dan Indonesia sebagai negara tetangga untuk berbagi hasil riset dan melakukan riset bersama mengenai penyakit-penyakit menular serta mencari solusi untuk menanggulangi dan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut. Lebih lanjut MacKenzie menjelaskan meski saat ini penyakit menular tropis seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Tuberkulosis sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Australia namun tidak ada yang bisa menjamin penyakit itu tidak akan kembali menyebar di Australia. "Meskipun kasus malaria, DBD dan Chikungunya sangat jarang ditemui tapi di tempat kami ada nyamuk yang bisa menularkannya dan ada kemungkinan mereka bisa menyebarkannya. Di Indonesia ini masih banyak, kami bisa mempelajari perubahan pola penyebarannya dan metode untuk mengatasinya," katanya. Peneliti Indonesia pun, kata Prof Sangkot, bersama peneliti dari Australia bisa mempelajari kecenderungan penyebaran berbagai penyakit menular serta mencari cara untuk mendeteksi dan menanggulanginya. "Seperti penyakit akibat infeksi virus nipah misalnya. Dulu virus itu hanya menyebar di Malaysia tapi sekarang mulai merambah ke Indonesia. Juga ke Banglades dan India," katanya. Dan bila sebelumnya dia menular dari kelelawar ke babi dan ke manusia, sekarang dia bisa menular dari manusia ke manusia. Ini tantangan yang harus dihadapi bersama, demikian Prof.Sangkot. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008