Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara BUMN merekomendasikan enam sektor usaha BUMN masih sulit berkembang dan membutuhkan penanganan khusus dari pemerintah.

"Penanganan enam sektor menjadi agenda berkelanjutan Kementerian BUMN sebagai pembina sekaligus pengawas BUMN," kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu kepada ANTARA di Jakarta, Minggu.

Enam sektor BUMN yang dimaksud adalah perusahaan di bidang kertas, percetakan, dan penerbitan. Sektor sarana angkutan darat, jasa konsultan konstruksi, farmasi, dan industri strategis.

Menurut Said, perusahaan tersebut berkembang karena sulit bersaing di pasar, juga masih membutuhkan kebijakan baru dan menyeluruh dari pemerintah.

Lebih lanjut, perhatian kepada enam sektor tersebut merupakan bagian dari 14 prioritas yang harus dilakukan pemerintah dan Kementerian BUMN pada kabinet mendatang.

Said menjelaskan, khusus di sektor percetakan, satu perusahaan milik negara yaitu Pradnya Paramita sulit meningkatkan kinerja keuangan.

Perusahaan penerbitan buku pelajaran SD, SMP, dan SMU ini sulit bersaing dengan perusahaan swasta.

Pada sektor sarana angkutan, terdapat dua perusahaan yaitu Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD), dan PT Kereta Api.

Sektor farmasi, diutarakan Said, juga pantas menjadi perhatian karena masih dianggap berjalan di tempat.

Adapun di sektor kehutanan perusahaan yang disorot adalah PT Inhutani, dan pada jasa konsultan antara lain Indra Karya, Yodya Karya.

Sedangkan pada BUMN Industri Strategis, pentingnya sistem penjaminan pemerintah terhadap pembiayaan proyek-proyek pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Industri senjata, penyediaan kapal perang harus dijamin pemerintah sehingga perbankan dalam negeri mau membiayai proyek-proyek berskala besar itu," katanya.

Ia berpendapat, selama ini BUMN Industri Strategis sulit mengembangkan produksi

jaminan karena menunggu jaminan pembiayaan yang hanya diperoleh dari kredit luar negeri.

Meski begitu ujar Said, terdapat sejumlah sektor unggulan seperti perkebunan, pertambangan, perbankan, telkomunikasi.

"Seluruh sektor tersebut pada 2004-2009 meningkat rata-rata di atas 150 persen, dibanding periode sebelumnya," tegas Said.

Secara keseluruhan ditambahkannya, untuk peningkatan kinerja BUMN adalah pentingnya peningkatan investasi.

Selanjutnya, peningkatan efisiensi, pengurangan jumlah BUMN, dan penyelesaian BUMN rugi.

BUMN rugi ditegaskan Said, sejumlah BUMN yang masih perlu perhatian khusus adalah PT Djakarta Llyod, PT Boma Bisma Indra, PT Industri Kapal Indonesia.

Selebihnya, PT Industri Sandang, PT Kertas Kraft Aceh, PT Survey Udara Penas, Perum Perusahaan Film Negara, dan Pradnya Paramita.

(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009