Singapura (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap hasil pertemuan perubahan iklim PBB di Copenhagen, Denmark, Desember 2009, paling tidak dapat mengikat secara politik negara-negara di dunia.

"(Pertemuan) Copenhagen nantinya saya tidak tahu seperti apa, tapi Indonesia berharap betul-betul konklusif dan mencapai konsensus, paling tidak mengikat secara politik dengan target jelas dan berdasarkan temuan ilmiah," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan hal itu kepada wartawan Indonesia di Singapura, Senin, setelah menyelesaikan rangkaian pertemuan puncak ke-17 Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Namun, lanjut Kepala Negara, apabila hasil pertemuan Copenhagen itu dapat mengikat secara hukum maka akan lebih baik lagi.

"Kalau Copenhagen gagal, kita punya banyak pekerjaan rumah. Banyak negara yang sudah mengalami, kalau air laut naik terus, berapa ribu pulau kita yang kecil-kecil akan tenggelam. Belum kemarau panjang, hujan lebat, topan, dan lain-lain. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai memelihara hutan kita,sehingga hutan bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat kita," ujarnya.

Lebih lanjut Presiden mengajak semua pemimpin untuk memberikan komitmen dan mandatnya kepada para juru runding.

"Banyak yang pesimis, skeptisme, dan sudah mulai mengatakan (pertemuan Copenhagen) tidak akan berhasil. Saya dimintai pandangan dan posisi, ...saya ceritakan apa yang kita alami di Bali dulu. Atas dasar pengalaman itulah, para pemimpin harus memberikan mandat dan petunjuk yang kuat. Kalau tidak, hampir pasti akan macet," katanya.

Indonesia, menurut Presiden, memiliki rencana yang sedang dimatangkan. "Insya Allah minggu depan akan lahir posisi Indonesia yang akan dibawa ke Copenhagen," katanya seraya mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia berencana mengurangi emisi karbon hingga 26 persen.

Akan tetapi, katanya, Indonesia tentu tidak selalu memiliki sumber daya untuk itu sehingga kerja sama internasional dan eksistensi dunia diperlukan, untuk antara lain di bidang keuangan, transfer teknologi, pembangunan kapasitas, dan lain-lain.

"Indonesia akan sangat aktif. Saya berencana untuk hadir sendiri karena sebagai tuan rumah dari COP ke-13 di Bali yang disebut-sebut Bali Roadmap dan Bali Action Plan, tentu secara moral saya wajib hadir untuk menjadi bagian dari solusi," katanya.

Sebelumnya di sela-sela pertemuan puncak ke-17 APEC, Presiden Yudhoyono mendengarkan penjelasan dari Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengenai persiapan pelaksanaan pertemuan perubahan iklim PBB di Denmark penghujung tahun ini.

Para pemimpin ekonomi APEC sekalipun tidak menyepakati suatu target penurunan emisi mengemukakan komitmennya untuk mendorong kesuksesan pertemuan Copenhagen.*
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009