Makassar (ANTARA News) - Mencuatkan kembali kearifan-kearifan lokal yang dimiliki ratusan etnis dan suku bangsa dinilai sangat penting untuk memperkuat rasa keindonesiaan dan menekan potensi konflik di masyarakat.

Sejarawan Anhar Ganggong saat pertemuan pemantapan masyarakat multikultural Departemen Sosial RI di Makassar, Rabu, mengatakan, pengembangan kearifan lokal tersebut bukan untuk kepentingan lokalitas saja, namun untuk memperkuat landasan nasionalisme bangsa Indonesia.

Ia mengatakan, Indonesia sebenarnya telah memiliki simpul kearifan-kearifan lokal yakni pancasila. Namun, nilai-nilai Pancasila yang dulu disalahtafsirkan, saat ini justru malah terlupakan.

"Siapa yang mau berbicara Pancasila saat ini? Malah anggapan saya, selama 64 tahun kita merdeka, baik pemerintah maupun masyarakat masih tidak menghayati Pancasila dengan baik," ujarnya.

Anhar menjelaskan, pencuatan kembali kearifan-kearifan lokal saat ini harus memperhatikan proses internalisasi atau komunikasi antar etnik, serta memadukannya dengan kearifan global dari dunia luar.

Proses internalisasi dibutuhkan sebab di Indonesia terdapat lebih dari seribu etnik, 15 etnik diantaranya memiliki jumlah penduduk terbesar seperti etnik Jawa dan Bugis Makassar.

"Proses internalisasi yang diolah dengan kreatifitas, memadukan kearifan lokal, nasional Indonesia dan kearifan universal, saya pikir akan menjadi sebuah kearifan bangsa yang sangat mumpuni mengendalikan dinamika kehidupan sosial masyarakat kita," ujarnya.

Internalisasi juga menjadi penting, kata dia, sebab kehidupan sosial rakyat Indonesia saat ini minim upaya-upaya dialog. Padahal pada awal abad ke-20, Indonesia dibangun dengan empat pilar, yakni kemampuan organisasi, ideologi, media massa dan dialog.

"Unsur dialog itu menjadi menjadi tantangan terbesar saat ini untuk melakukan pengembalian kearifan lokal dalam tatanan kehidupan nasional," katanya.

Pertemuan pemantapan masyarakat multikultural Departemen Sosial RI sendiri, dihadiri 177 peserta dari kalangan tokoh masyarakat se-Indonesia dan sejumlah instansi terkait.

Menurut Dirjen Bantuan dan jaminan Sosial Depsos RI, Toto Utomo Budi Santoso, kegiatan yang berlangsung 30 November-2 Desember tersebut, bertujuan sebagai upaya menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal untuk sebagai landasan kehidupan bangsa Indonesia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009