Jambi (ANTARA) - Polesta Prianto, pasien RSUD Raden Mataher Jambi yang mengidap penyakit pembesaran kepala (hydrocepallus), yang merasa ditelantarkan pihak rumah sakit akhirnya meninggal dunia pada Minggu (24/1).

Direktur RSUD Raden Mattaher dr Ali Imran ketika dikonfirmasi di Jambi, Selasa, mengatakan, pihaknya sudah melakukan upaya maksimal merawat bayi berusia tiga bulan ini, namun akhirnya meninggal.

Pasien tersebut merupakan pasien jaminan kesehatan daerah (Jamkesda), dan tidak termasuk dalam pasien Jamkesmas. Oleh kerena itu, peralatan di Jamkesda tidak selengkap fasilitas peralatan yang dimiliki Jamkesmas.

"Kita sudah maksimal, memang pasien tersebut termasuk dalam Jamkesda, bukan Jamkesmas," katanya.

Oleh karena itu, kata Ali, pihak rumah sakit tidak bisa serta merta memindahkan status pasien dalam tingkatan asuransi, karena merupakan kewenangan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan.

"Jadi, kalau ditanya mengapa pihak rumah sakit tidak pindahkan saja pasien ke Jamkesmas, jawabannya tidak bisa melakukan hal itu, karena kewenagan Dinas Kesehatan," ujarnya.

Pihak rumah sakit hanya bisa membantu dalam hal membebaskan biaya kunjungan dokter dan menambah fasilitas seperti kamar inap, sementara masalah obat dan peralatan tidak bisa.

Wakil direktur RSUD Raden Mataher dr Immanuel menambahkan, pada pekan lalu sebelum dilakukan operasi terhadap Polesta Prianto, dokter telah memeriksa keadaan pasien, kemudian diputuskan bisa dilakukan operasi.

Akhirnya pada hari Sabtu pekan lalu, pasien dioperasi, namun pada Minggu (25/1) malam ajal menjemput Polesta.

"Sebelum dioperasi, kita sudah cek kondisinya dan siap untuk dioperasi. Kemudian setelah operasi pasien meninggal dunia antara lain karena kondisi pasien sudah terlalu parah.

Selain itu, pasien juga mengalami infeksi yang semakin memperparah kondisinya.

"Jadi bukan karena buruknya pelayanan kita (rumah sakit), memang kondisinya sudah terlalu parah," katanya.

Polesta Prianto sudah satu bulan dirawat di RSUD Raden Mattaher. Selama itu, keluarga pasien merasa diabaikan oleh pihak rumah sakit, hal ini terbukti selama hampir satu bulan tidak ada perawatan yang maksimal diberikan oleh pihak rumah sakit.

Menanggapi masalah ini, pihak RSUD mengaku kondisi pasien memang belum bisa dilakukan operasi, karena untuk operasi, kondisi pasien harus stabil terlebih dahulu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010