New York (ANTARA News) - Pasar sahan tersungkur pada perdagangan Kamis (Jumat dini hari WIB), di mana indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat ambruk hampir 1.000 poin untuk kemudian amblas di bawah level 10.000 setelah para pelaku pasar panik dengan melakukan aksi lepas saham besar-besaran pada hampir semua jenis saham.

Dalam kurun satu jam, pasar kemudian pulih secara perlahan namun indeks DJIA tetap turun lebih dari 400 poin.

Aksi lepas saham besar-besaran terjadi menyusul ketakutan yang berketerusan mengenai berlanjutnya krisis utang Yunani, namun para analis berharap ada koreksi teknikal untuk membalikan kecenderungan pasar ini.

DJIA jatuh sekitar 8,5 persen, untuk menyentuh poin terendah 9.875. Ketika panik mereda, DJIA seketika naik lagi secepat ketika jatuh ke level 10.000.

Pada sore hari waktu New York, DJIA naik lagi ke level 10.461,07, masih turun 407,05 poin (3,75 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya, sedangkan Nasdaq turun 79,93 poin di level 2.322,36. Hal sama terjadi pada Indeks Standard & Poors 500 yang turun 41,90 poin ke posisi 1,124.

Penurunan terjadi setelah pasar saham AS dibuka bertahan cenderung stagnan akibat pengaruh menanti gambaran angkatan kerja dan produktivitas ekonomi AS.

Indeks perlahan bergerak turun, namun DJIA turun perlahan hingga 100 poin sepanjang perdagangan sore itu (Jumat dini hari WIB).

Keprihatian atas krisis utang Yunani yang memperburuk sentimen pasar sepanjang minggu ini, makin menekan DJIA hingga terperosok tiga digit pada perdagangan Selasa lalu.

Namun investor mengambil posisi "wait and see" di perdagangan Kamis waktu AS ini menunggu gambaran data pengangguran AS yang akan dirilis akhir pekan ini sebelum mereka kemudian memastikan posisi transaksinya.

Sikap "wait and see" ini berlangsung hingga pukul 18.30 GMT (01.30 WIB), ketika aksi lepas saham besar-besaran mulai terjadi.

Dalam 15 menit transaksi, DJIA tenggelam di level yang tidak pernah terjadi sejak krisis keuangan AS lalu, manakala para pemodal mencampakkan saham-saham dengan menukarnya ke obligasi.

Laju penurunan saham yang demikian cepat ini membersitkan pertanyaan mengenai kemungkinan ada arus pembalikan teknikal.

"Kami tak tahu, saat ini kami mencermati hal itu. Semua ini spekulasi," kata Juru Bicara Bursa Efek Ne York (NYSE) Christian Braakman.

Baru-baru ini juru bicara IMF telah mencoba meredakan panik pasar akibat Krisis Utang Yunani dengan mengatakan "default" (gagal bayar) kepada Yunani bukan opsi yang baik.

"Default tidak menjadi pilihan, dan tidak pernah menjadi pilihan," kata Direktur Hubungan Eksternal IMF Caroline Atkinson.

"Pihak berwenang Yunani sendiri berulangkali menegaskan itu," kata Atkinson seraya menambahkan bahwa Presiden Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet juga menyatakan "default" utang Yunani adalah di luar pembahasan solusi masalah. (*)

AFP/Jafar

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010