Menurut keterangan yang dihimpun dari orang tua korban bernama Rosmaniar (60), Yenpa sebelumnya memang pernah kontak dengan unggas jenis ayam (ayam kampung, red) di rumahnya.
Namun, dari puluhan ekor ayam piaraannya , tak seekor pun yang menderita sakit, apalagi mati mendadak.
Rosmaniar menuturkan, korban awalnya mendapat demam tinggi pada 22 Juli 2010, dengan ciri-ciri antara lain badan panas tapi kaki kanan terasa dingin seperti es.
Mengetahui anaknya sakit, ia pun membawanya ke pihak kesehatan kampung Mantari, tapi usai diperiksa petugas kesehatan minta agar Yenpa segera dibawa ke RSUD Sawahlunto, Kota Sawahlunto.
Sesampai di RSUD, keluarga korban kembali bingung, karena pihak rumah sakit mengatakan tak mampu mengatasi demam yang dialami korban.
"Pihak rumah sakit Sawahlunto meminta kami segera membawa korban ke RSU M Djamil Padang, karena dicurigai kuat menderita suspect flu burung, kita pun dibuatkan surat rujukan," katanya.
Alhasil, Yenpa Yenti dilarikan ke RSU M Djamil Padang pada 24 Juli lalu, dan langsung dimasukkan ke kamar khusus.
"Tapi, nyawa Yenti sepertinya tak bisa ditolong, ia pun menghembuskan nafas terakhir pagi ini. Kata dokter, Yenti suspect Flu Burung," kata Rosmania sambil menangis di RSU M Djamil Padang, Rabu siang.
Sementara itu, pihak RSU M Djamil Padang mengakui kalau korban memang mengidap virus flu burung.
"Hasil pemeriksaan medis, korban memang suspect flu burung," kata Direktur Umum RSU M Djamil Padang, Irayanti, di Padang, Rabu.
Korban menderita demam (panas) hingga 38 derajat Celcius, nafas sesak, ditambahkan data rosen mengungkapkan adanya infeksi di bagian paru-paru korban.
"Orang tua korban juga mengakui kalau anaknya ada kontak dengan unggas ayam piaraannya," katanya.
Berdasarkan data RSU M Djamil Padang, dalam tahun 2010, Yenpa Yenti merupakan pasien pertama mengidap suspect flu burung yang meninggal dunia di Padang. (ANT032/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
