Stockholm (ANTARA News) - WikiLeaks, organisasi internasional yang bermarkas di Swedia, dalam satu pesannya di jejaring Twitter, menyatakan, laman web itu menghadapi serangan baru setelah peristiwa serupa pada akhir pekan, tepat sebelum jejaring itu mulai menyiarkan informasi diplomatik rahasia AS.

"Kami saat ini menghadapi serangan DDoS lagi," kata WikiLeaks di akun resminya di Twitter.

DDoS adalah singkatan dari distributed denial of service. Serangan klasik DDoS terjadi ketika legiun komputer "zombie", yang biasanya adalah perangkat yang terinfeksi virus, diperintahkan untuk secara serentak mengunjungi satu jejaring.

Serangan besar-besaran semacam itu dapat melumpuhkan server, memperlambat layanan atau sepenuhnya membuatnya keluar dari jaringan.

Satu pesan yang disiarkan belakangan di akun Twitter, WikiLeaks, menyatakan, "Serangan DDoS sekarang melampaui 10 gigabit per detik."

Jon Karlung, pemimpin perusahaan jasa web hosting Swedia, Bahnhof --yang menjadi web host sebagian kegiatan WikiLeaks, termasuk dokumen mengenai Peran Irak, mengkonfirmasi adanya serangan, tapi sasaran awal bukan servernya di Stockholm.

"Kami tak memiliki cable logs (kebocoran diplomatik) primer, kami tak menerima itu. Tapi kami dapat melihat ada serangan, kami tak dapat melihat seberapa besar, tapi kami dapat melihat server mereka sangat lamban," katanya.

Karlung mengatakan WikiLeaks terutama melakukan web hosting pada jaringan Amazon, perusahaan AS, yang memiliki server di Seattle.

"Satu perusahaan Amerika menjadi web host WikiLeaks, dan itu sangat luar biasa," kata Karlung.

Karlung menambahkan WikiLeaks beberapa pekan belakangan telah menggunakan server yang berpusat di Prancis.

Belum ada jawaban dari Amazon mengenai permintaan konfirmasi AFP bahwa perusahaan tersebut menyediakan layanan server buat WikiLeaks.

Amazon adalah provider utama layanan web hosting di Dunia, yang menyewakan space di server komputernya kepada pelanggan di seluruh dunia.

WikiLeaks dilaporkan melakukan web hosting di Amazon Elastic Compute Cloud, platform internet yang dikenal dengan nama EC2.

Pada Ahad, saat WikiLeaks mulai menyiarkan sebanyak 250.000 pesan elektronik kedutaan besar AS, laman itu menyatakan di Twitter bahwa jejaring tersebut telah menghadapi serangan maya DDoS.

Namun WikiLeaks berkeras bahwa surat kabar El Pais, Le Moden, Der Spiegel, The Guardian dan New York Times akan melanjutkan penerbitan bagian pertama dokumen semacam itu, sekalipun jejaring WikiLeaks macet.

WikiLeaks belakangan mampu mengakali serangan tersebut dengan menciptakan sub-jejaring http://cablegate.wikileaks.org-- karena jejaring utamanya --http://wikileaks.org-- tak bisa diakses setelah serangan itu.

Hingga Selasa, pukul 18:00 GMT (Rabu, 01:00 WIB), kedua alamat "daring" tersebut masih beroperasi.
(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010