Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan upaya mempertahankan bangunan cagar budaya di era modernisasi saat ini cukup berat, karena adanya "iming-iming" uang dan keperluan bisnis.

"Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan, bangunan cagar budaya banyak yang alih fungsi," katanya dalam sambutan yang dibacakan Pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) GBPH Yudhaningrat, di Yogyakarta, Selasa.

Namun demikian, menurut dia pada acara pemberian penghargaan kepada para pelestari cagar budaya di DIY, masih ada sebagian orang yang tetap mempertahankan keaslian cagar budaya. Hal itu dilakukan agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan sejarah terutama sejarah berupa bangunan.

"Kami merasa bangga karena masih ada warga yang menyelamatkan harta miliknya berupa bangunan cagar budaya yang bisa menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa ini, bahwa Yogyakarta punya andil cukup besar saat memperjuangkan kemerdekaan agar jangan sampai jatuh ke tangan penjajah," katanya.

Ia mengatakan fakta di lapangan menunjukkan Yogyakarta merupakan kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh negara dan organisasi besar yang berjuang demi kemerdekaan.

Oleh karena itu, benda cagar budaya berupa bangunan sebagai saksi bisu perjuangan jangan sampai hilang begitu saja, sehingga perlu dilestarikan dan dipelihara.

"Eksistensi Yogyakarta dengan tiga predikat, yakni kota pendidikan, kota budaya, dan kota pariwisata, dengan berbagai fasilitas pendukung dan bangunan cagar budaya, dulunya menjadi saksi bisu sebuah perjalanan bangsa sebelum dan sesudah kemerdekaan," katanya.

Ketua panitia penyelenggara kegiatan Tri Rubianto mengatakan pemberian penghargaan itu sebagai bentuk terima kasih pemerintah kepada para pelestari cagar budaya.

"Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memberi semangat untuk tetap melestarikan cagar budaya, meskipun dukungan dana yang diberikan tidak begitu besar," katanya.

Penghargaan pelestari cagar Budaya masing-masing diberikan kepada SMA Negeri 3 Yogyakarta, rumah eks Pabrik Gula Sewu Galur Kulon Progo, Rumah Sakit Bethesda, Rumah Sakit Panti Rapih, Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru, SMP Negeri 1 Yogyakarta, Gereja Katolik Hati Kudus Pugeran, dan Ndalem Tejokusuman.(*)

(L.B015*E013/M008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010