Ponorogo (ANTARA News) - Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terus meningkat dari sebelumnya yang terdeteksi hanya delapan orang pada akhir tahun 2008, menjadi 14 orang pada akhir Oktober 2009.

"Kenaikannya mencapai 75 persen," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo, dr Wiwiek Widiastuti, Selasa.

Ironisnya, dari sekian kasus HIV/AIDS yang teridentifikasi oleh Dinkes iktu, sebagian besar sudah dalam kondisi parah/kronis, karena banyaknya angka kematian pada para penderita selama dua tahun terakhir.

Pada tahun 2008, misalnya, dari total delapan kasus HIV/AIDS yang dideteksi oleh dinkes, lima penderita di antaranya meninggal dunia, sedang pada tahun 2009, kasus kematian karena HIV/AIDS bahkan telah mencapai angka delapan orang.

"Itu termasuk korban terakhir yang meninggal seminggu lalu," katanya.

Ia mengakui, pendataan mengenai berapa sebenarnya jumlah pasti penderita HIV/AIDS di Kabupaten Ponorogo sejauh ini cukup sulit.

Penyebabnya tidak lain karena masih banyak warga yang diduga terinfeksi HIV/AIDS tapi enggan berobat ke kantor layanan kesehatan terdekat atau rumah sakit daerah.

Sebaliknya, mereka justru berobat ke luar daerah atau bahkan ada yang tidak mau sama sekali berobat maupun memeriksakan diri dengan alasan takut dikucilkan masyarakat sekitar.

Namun jika mengacu pada teori penyebaran HIV/AIDS yang diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan juga diadopsi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pusat bahwa setiap satu orang yang dinyatakan positif, dimungkinkan masih ada 99 orang lagi yang diduga menderita penyakit serupa tapi belum diketahui/terdeteksi.

Asumsi satu banding seratus itulah yang mendasari asumsi bahwa jumlah penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Ponorogo sebenarnya telah menembus angka hingga 1.400 orang penderita.

"Itu mirip fenomena `gunung es` karena tidak menutup kemungkinan masih banyak kasus serupa tapi belum terdeteksi," katanya.

Ia menjelaskan kebanyakan kasus HIV/AIDS di "Kota Reog" menyerang warga usia produktif, yakni warga dengan usia remaja anak hingga 40-an tahun.

Penyebabnya cukup bervariasi. Selain karena pola hubungan seks bebas, sebagian lagi karena penularan melalui jarum suntik yang tidak steril yang digunakan secara bergantian pada pengguna narkoba suntik.

"Penyebabnya beragam, tapi yang jelas, virus menular melalui kontak cairan tubuh," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009