Magelang (ANTARA News) - Perayaan Waisak 2554 yang berlangsung di Candi Sewu dan Borobudur berlangsung meriah dan memberi berkah keuntungan bagi warga sekitar seperti para pemilik hotel dan pedagang kecil.

Detik-detik perayaan Waisak berlangsung di Candi Sewu, Kamis (27/5) malam, tak jauh dari lokasi Candi Prambanan berdiri. Sekitar 4 ribu umat Buddha sejak petang hari sudah berkumpul.

Acara dimulai dengan pembacaan mantra dan parita yang dipimpin para rohaniwan, biku. Kegiatan yang berlangsung hingga larut malam itu tepatnya dipusatkan di pelataran Candi Sewu.

Di Candi Sewu itu hadir umat Buddha dari Konperensi Agung Sangha Indonesia (Kasi), Majelis Budayana Indonesia (MBI) dan Teravada.

Meski hujan terus mengguyur hingga malam, antusias umat untuk menjalankan ritual demikian besar. Acara itu ditutup dengan doa bersama yang berasal dari pemuka agama setempat, seperti dari agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha.

Usai acara tersebut warga setempat dihibur pementasan seni tradisional wayang.

Di Borobudur


Meski lapangan becek, pelataran Candi Borobudur sejak Jumat pagi pukul 05.00 WIB sudah dipenuhi umat Buddha. Lampu kuning masih nampak menyorot puncak Candi yang menjadi keajaiban dunia itu.

Puja bakti yang diperkirakan diikuti sekitar 10 ribu umat pada Jumat pagi tersebut berlangsung hikmat dan tertib. Candi peninggalan nenek moyang tersebut makin indah terlihat menjelang siang.

Suasana makin terasa sakral ketika para biku membacakan dua, mantra dan memimpin meditasi yang sesekali diawali dengan tanda pemukulan gong di altar.

Pelataran Candi Borobudur makin penuh. Panitia pun mengatur dengan menggelar karpet dan membagikan kantong plastik untuk tempat sepatu atau sandal.

Ritual yang diperkirakan berlangsung hampir 4 jam tersebut, diisi dengan pembacaan doa dari setiap wakil majelis yang telah ditunjuk.

Puncak acara pada Jumat siang diisi dengan pawai keliling candi. Selama berlangsung pawai, yang diikuti sekitar 3 ribu orang, sempat dilakukan penaburan bunga sepanjang jalan sebagai ungkapan sukur umat Buddha atas rezeki yang diperolah.

Dirjen Bimas Buddha, Budi Setiawan, menutup acara ritual ini dengan membacakan sambutan Menteri Agama Suryadharma Ali.

Menteri Agama Suryadharma Ali meminta agar umat Buddha meneladani sosok Buddha Gotama yang rendah hati, tidak ambisius terhadap harta dan kekuasaan, serta hidup dengan kesederhanaan.

Ia mengatakan, peringatan itu bagi umat Buddha merupakan momentum kelahiran Buddha Gotama, pencapaian puncak kebuddhaan, serta meninggalnya Buddha Gotama setelah meraih puncak pengembaraan spiritualitasnya.

"Dengan merenungkan tiga momentum tersebut umat Buddha diharapkan dapat melakukan instrospeksi diri dengan baik dalam perjalanan kehidupannya," ucapnya.

Setiap kali memperingati hari raya keagamaan, ia mengingatkan orang untuk menapaki hidup yang bermanfaat bagi orang banyak, dan selalu berbuat yang terbaik bagi keluarga, masyarakat, lingkungan serta nusa dan bangsa.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hal yang penting untuk ditumbuhkembangkan dewasa ini adalah bagaimana setiap umat beragama benar-benar menghayati dan mengimplementasikan ajaran agama yang dipeluknya.

(T.E001/A041/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010